Ramadhan Bulan Kedermawanan, Kemurahan Hati, dan Berinfak di Jalan Allah
Serial “Ramadhan Karim” Hari Keenambelas
Ramadhan Bulan Kedermawanan, Kemurahan Hati, dan Berinfak di Jalan Allah
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu menyumbang untuk pasukan ‘Usrah (pasukan yang sedang dalam masa kesulitan) dengan sembilan ratus lima puluh unta dan lima puluh kuda, sedang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghabiskan waktunya berdoa untuknya hari itu. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga aku bisa melihat kedua ketiaknya yang putih dan bersih. Utsman datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seribu dinar, ketika beliau menyiapkan pasukan ‘Usrah, kemudian Utsman menaruh dinar tersebut di kamar beliau, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerimanya, dan bersabda:
«مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَومِ»
“Tidak akan ada yang membahayakan Utsman setelah apa yang dia lakukan hari ini.” Dan beliau mengulangi ucapannya hingga dua kali. (HR. Tirmidzi).
Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq, masyarakat dilanda kekeringan dan kelaparan yang parah. Ketika keadaan mereka menjadi sulit, mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata: Wahai penerus (khalifah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, langit belum turun hujan, dan bumi belum tumbuh, jika ini terus berlanjut manusia akan binasa, jadi apa yang harus kita lakukan? Abu Bakar berkata: Pergilah dan bersabarlah, sungguh aku berharap bahwa malam tidak datang kecuali Allah melapangkan urusan kalian. Di penghujung hari, tersiar kabar bahwa kafilah unta Utsman bin Affan telah datang dari Syam menuju Madinah.
Ketika kafilah unta itu tiba, orang-orang keluar menyambutnya, ternyata kafilah itu terdiri dari seribu unta yang membawa mentega, minyak, dan tepung. Kafailah itu berhenti di depan pintu rumah Utsman, dan ketika mereka menurunkan muatannya di rumahnya, para pedagang datang. Usman berkata kepada mereka: Apa yang kamu inginkan? Para pedagang itu menjawab: “Engkau mengetahui apa yang kami inginkan. Juallah kepada kami apa yang telah sampai kepadamu, karena engkau mengetahui kebutuhan masyarakat akan hal itu.”
Utsman berkata: “Berapa keuntungan yang saya peroleh dari harga yang saya beli?” Mereka berkata: “Satu dirham sama dengan dua dirham.” Utsman berkata: “Ada orang lain yang memberiku lebih dari ini.” Mereka berkata: “Empat!”
Utsman berkata: “Ada orang lain yang memberiku lebih banyak.” Para pedagang berkata: “Kami akan memberi Anda lima keuntungan.” Utsman berkata: “Ada orang lain yang memberiku lebih banyak.” Mereka berkata: “Tidak ada pedagang di Madinah kecuali kami, dan tidak ada seorang pun yang mendahului kami datang kepadamu, lalu siapa yang memberi Anda lebih dari apa yang kami berikan?!”
Utsman berkata: “Allah telah memberiku sepuluh kali lipat untuk setiap dirham, sebuah amal baik dibalas sepuluh kali lipat nilainya, apakah ada di antara kalian yang bisa memberi lebih dari itu?” Mereka berkata: “Tidak.” Utsman berkata: “Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku telah menjadikan apa yang dibawa oleh unta-unta ini sebagai sedekah kepada kaum Muslim yang miskin dan fakir.”
Kemudian Utsman mulai membagikan barang-barangnya, sehingga tidak seorang pun dari kaum miskin dan fakir di Madinah yang tersisa, melainkan mengambil apa yang cukup untuk dirinya dan keluarganya.
Ini adalah aplikasi praktis dari seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk menebus agama ini dan mendakwahkannya dengan uang, jiwa, orang tua, dan anak. Dia tidak menyia-nyiakan upaya dalam melayani agama ini dengan jiwa dan hartanya sehingga dia pantas menerima apa yang Nabi SAW sabdakan tentang dirinya:
«مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَومِ»
“Tidak akan ada yang membahayakan Utsman setelah apa yang dia lakukan hari ini.”
Inilah amalan yang biasa dikerjakan orang-orang yang shaleh. Kami memohon kepada Allah SAW semoga kami termasuk di antara mereka. [] Al-Ustadz Muhammad Ahmad An-Nadi
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 26/3/2024.