Analis: Munculnya Hamas dan Solusi Khilafah adalah Reaksi Diamnya Dunia Islam Soal Palestina
Mediaumat.id – Analis dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. menegaskan munculnya Hamas dan solusi khilafah adalah reaksi diamnya dunia Islam terhadap genosida di Palestina.
“Munculnya Hamas dan solusi khilafah adalah reaksi dari diamnya dan kegagalan dunia terhadap berbagai persoalan yang terjadi di dunia Islam khususnya agar menghentikan penjajahan dan genosida Yahudi di Palestina,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (30/10/2023).
Ia berargumen, bagi rakyat Palestina, Hamas adalah harapan baginya saat pemerintah sah Palestina sendiri tidak bisa berbuat banyak terhadap masyarakat Gaza.
“Rakyat Gaza dipenjara dengan tembok tebal dalam keadaan terintimidasi serta sewaktu-waktu diperangi oleh penjajah Yahudi. Hanya Hamas yang berani memberikan tindakan nyata terhadap entitas Yahudi. Keberadaan Hamas juga sebagai reaksi terhadap diamnya dunia terhadap kolonialisme Yahudi,” bebernya.
Seandainya dunia Arab, dunia Islam, PBB menghentikan penjajahan Yahudi atau PBB tidak mendukung lahirnya Israel 1948, lanjutnya, Hamas tidak perlu ada, apalagi sampai membuat Brigade Al-Qassam sebagai sayap militernya.
“Dan tidak perlu juga ada saling balas rudal yang menewaskan ribuan orang, dan membuat jutaan lainnya terusir dari Palestina sampai 75 tahun,” mirisnya.
Adapun terkait solusi khilafah, Hasbi menjelaskan, khilafah adalah simbol pemersatu politik Muslim yang dalam sejarah selalu hadir menjadi pelindung umat Islam.
“Dalam sejarahnya, umat Islam selalu dilindungi oleh negara khilafah ini. Perlindungan khilafah bukan hanya pada Muslim tapi juga Kristiani, Yahudi, termasuk komunitas penganut agama lainnya,” bebernya.
Bendera Tauhid
Terkait bendara tauhid, Hasbi menjelaskan, bendera tauhid adalah simbol penentangan terhadap bendera nasionalisme yang dianggap membuat dunia Islam tersekat, dan dicerai-beraikan oleh kekuatan kolonial Barat.
“Dunia Islam yang patuh terhadap Barat akan diberikan insentif ekonomi, militer dan dukungan politik, tapi bagi yang membangkang akan diperangi oleh Barat seperti Irak, Afghanistan, Suriah, Iran, dan Libya,” terangnya.
Bendera tauhid, lanjutnya, adalah simbol pengikat dan ukhuwah islamiah, sementara nasionalisme hanyalah alat pemecah belah produk Barat, yang membuat Muslim lemah dan sibuk memikirkan kepentingan negara masing-masing. Akhirnya, kepentingan nasional mengalahkan kepentingan ukhuwah.
“Jadi mimpi tentang khilafah sebagai solusi muncul sebagai reaksi atas kegagalan dunia, PBB, OKI dan ideologi dominan yang ada saat ini seperti: demokrasi, nasionalisme, dan liberalisme. Seandainya PBB, OKI, dan ideologi dominan berhasil menciptakan perdamaian dunia dan mencegah kesewenang-wenangan, penjajahan, genosida terjadi, saya yakin gagasan khilafah dan kibaran bendera Tauhid tidak akan relevan dan tidak akan dilirik,” ulasnya.
Hasbi menjelaskan demikian, karena solusi khilafah sering dituduh menjadi penumpang gelap terhadap isu genosida yang dilakukan entitas Zionis Yahudi di Gaza belakangan ini, dan bawa bendera tauhid, dianggap tidak punya hubungan sama sekali, bahkan disebut memanfaatkan kondisi kemanusiaan yang terjadi di Palestina.[] Irianti Aminatun