Polri Sebut Krisis Palestina Bangkitkan Sel Teroris, Siyasah Institute: Prematur dan Tidak Berdasar
Mediaumat.id – Pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang menyebut perang pejuang Hamas di Palestina melawan entitas penjajah Yahudi turut berdampak membangkitkan sel-sel teroris di Indonesia dinilai prematur dan tidak berdasar.
“Itu analisa prematur bahkan tidak berdasar,” kata Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Jumat (3/11/2023).
Iwan pun menyampaikan beberapa alasannya. Pertama, korban agresi Yahudi di Gaza bukan hanya Muslim tapi juga warga Nasrani. “Sudah terbangun solidaritas antara Muslim-Nasrani baik di Gaza maupun di dunia terhadap krisis Palestina,” ungkapnya.
Iwan menyampaikan, Pemerintah RI melalui Kemenlu juga sudah menyatakan mendukung Palestina. “Jadi, apa yang jadi sasaran terorisme? Kalau menyerang gereja seperti aksi-aksi terorisme dulu, itu enggak masuk nalar. Enggak logis. Memang selama ini aksi terorisme di tanah air itu absurd, tidak jelas sasarannya,” ujarnya.
Kedua, Polri menuduh sel terorisme bisa bangkit untuk mengacaukan pemilu, ini makin absurd. “Tidak ada kaitannya antara krisis Palestina dengan pemilu. Sulit dicari benang merahnya,” tegas Iwan.
Menurutnya, aksi terorisme itu selalu ada motif, baik balas dendam, perjuangan suku atau nasionalisme atau bisa juga agama. “Nah, narasi yang dibangun Polri itu enggak ketemu motifnya antara krisis Palestina dengan pemilu. Jangan-jangan, ini narasi dibangun untuk mengalihkan topik politik dinasti, kisruh di MK, dan berbagai dugaan kecurangan jelang pemilu,” kata Iwan.
Memperjuangkan Kemerdekaan
Iwan menuturkan, kaum Muslim Palestina sedang memperjuangkan kemerdekaan wilayahnya dari pendudukan entitas Yahudi.
Ia juga menegaskan pembelaan Muslim mana pun termasuk Indonesia kepada perjuangan Muslim Palestina tidaklah tepat dituding sebagai tindakan terorisme.
Menurutnya, ada dua alasan menolak tudingan terorisme. Pertama, ini perintah agama Islam sebagai sesama Muslim untuk membela dan mendukung Palestina. Menuduh ini sebagai dukungan terorisme sama dengan menuduh ajaran Islam menginspirasi terorisme.
Kedua, amanat Pembukaan UUD 45 juga menyatakan perlawanan terhadap penjajahan. “Nah, apakah orang mau mengatakan Pembukaan UUD 45 menginspirasi terorisme karena menolak penjajahan?” tanya Iwan.
Iwan menilai pernyataan ini sangat pantas saat Gaza sedang dibombardir. Sebagai warga negara yang membaca Pembukaan UUD 45, dan juga penganut agama Nasrani, harusnya marah terhadap kebrutalan Zionis Yahudi.
“Beliau pasti menonton berita pembunuhan massal terhadap warga Palestina baik Muslim maupun Nasrani, juga pemboman terhadap gereja di sana. Masak tidak ada pembelaan, masak tega menyebut krisis ini menginspirasi terorisme?” pungkasnya.[] Achmad Mu’it