Komjen Dharma Pongrekun: UU Kesehatan Terkesan Pemaksaan
Mediaumat.id – Komisaris Jendral (Komjen) Polisi Prof. Dr. Drs. Dharma Pongrekun, S.H., M.M., M.H. menyatakan Undang-Undang (UU) Kesehatan lebih terkesan pemaksaan bukan pelayanan kesehatan.
“Iya (lebih terkesan pemaksaan bukan pelayanan kesehatan), karena ini (kesehatan) namanya pelayanan Pak, kesehatan ya, bukan pemaksaan,” ujarnya di dalam video Hajat Hidup Orang Banyak Terancam! Jenderal Bintang 3 Ini Ungkap Tujuan UU Kesehatan: Total Kontrol! Ahad (8/10/2023) di kanal YouTube Refly Harun.
Jadi intinya lanjut Dharma, tidak ada kebebasan yang ada hanyalah force, pemaksaan. “Dalam keimanan saya kalau namanya pemaksaan itu bukan dari Tuhan, jadi ini konsepnya siapa?” tuturnya.
Motivasi dari UU kesehatan ini, bebernya, adalah uang atau bisnis dan ending-nya adalah total kontrol. “Ya ini total kontrol tetapi bagi mereka yang menjadi pelaksananya hanya melihat keuntungan ekonomi,” tegasnya.
Karena, lanjutnya, yang dia (pelaksana) butuhkan bukan hanya tubuh, melainkan your soul (jiwa). “Jadi kenapa buat mereka (pelaksana) jiwa yang lebih perlu Pak, karena jiwa ini miliknya Tuhan,” ujarnya.
Misalnya, ujarnya, tubuh manusia itu adalah tempatnya jiwa, kalau Tuhan sudah mengambil jiwanya berarti sudah selesai dan itu yang mau mereka (pelaksana) ubah.
“Tubuh Bapak akan mengikuti isi jiwa Bapak, Bapak takut mukanya pasti beda, Bapak stres, happy. Nah, jiwa itu Pak yang akan mereka kontrol by frekuensi. Makanya kenapa ada kalibrator infitro supaya nanti bisa disetel pakai frekuensi,” bebernya.
Artinya, ungkapnya, kontrol itu bukan lagi soal bicara hidup dan mati. “Namun mengenai Anda hidup tapi Anda seperti benda mati. Artinya apa? Dia sudah tidak ada sebenarnya, tidak ada gunanya hidup tidak ada independent terhadap sendiri,” tuturnya.
Artinya, ucapnya, dia (manusia) sudah menyerahkan jiwanya untuk dikuasai, dan nanti jebakannya adalah persyaratan-persyaratan seperti isi perut atau kerja, di situlah manusia terjebak.
Karena, lanjutnya, ketergantungan itu yang mereka ciptakan dulu comfort zone (zona nyaman), jika sudah comfort zone itu sudah tidak bisa keluar. “Ayo Lu boleh masuk lagi, syaratnya ini, kita jebak,” tandasnya.[] Setiyawan Dwi