Aksi 299: Pertarungan Tiga Ideologi
Oleh : Achmad Fathoni (Direktur el-Harokah Research Center)
Pada hari Jumat, 29 September 2017 selepas shalat Jum’at ratusan ribu umat Islam dari berbagai ormas Islam yang berasal dari berbagai daerah berkumpul di depan Gedung DPR RI dan sekitar Senayan. Ada dua tuntutan penting mereka, Pertama, Tolak Perppu Ormas yang sangat dzalim. Kedua,Tolak kebangkitan PKI. Banyak spanduk yang dibawa oleh peserta aksi dari berbagai elemen, yang intinya bermuara pada dua tuntutan utama tersebut. Antara lain “Perppu Ormas Bukti Rezim Diktator Anti Islam”, “HTI dibubarkan, PKI Dibiarkan”, “Jangan Pilih Partai Yang Mendukung Perppu Ormas”, “PKI Difasilitasi, Islam Dihabisi”, “Hentikan Kedzaliman Dan Kebijakan Represif Yang Mendiskreditkan Islam Ala PKI”, “Perppu Ormas Lebih Kejam Daripada Penjajah”, “Jangan Pilih Presiden Yang Mengesahkan Perppu Ormas”, Bahkan ada spanduk dari PAT (Paguyuban Artis Tobat) bertuliskan “Menolak Diterbitkannya Perppu No.2 / 2017, Karena Perppu ini Membungkam Haq Allah Di Muka Bumi”. Dan tentu masih ada ribuan spanduk serupa yang lain. Dan tidak ketinggalan pula, bendera tauhid Ar-Rayah dan Al-Liwa’ yang mendominasi suasana Aksi 299 tersebut, bahkan Al-Liwa’ dan Ar-Rayah dalam ukuran jumbo berjalan di tengah-tengah ratusan ribu peserta, menambah semangat para peserta aksi. Selain itu seruan dan yel-yel “Khilafah” dari sebagian besar peserta aksi sepanjang acara menambah heroik perhelatan akbar Aksi 299 Tolak Perppou Ormas di depan gedung wakil rakyat tersebut.
Maka tidak berlebihan kiranya aksi 299 tersebut merupakan pertarungan tiga ideologi. Ketiganya mencerminkan pertarungan antara kebenaran (al-haqq) dan kebatilan (al-batil). Secara faktual dalam sepanjang sejarah umat manusia pasca diutusnya para Nabi dan Rasul yang membawa risalah ilahiyah, untuk disebarkan ke tengah-tengah umat manusia di dunia, kebenaran dan kebatilan selalu berhadap-hadapan untuk menegasikan satu dengan lainnya. Ideologi Islam yang berasal dari sang Khalik melawan dua ideologi lainnya, kapitalisme-liberalisme dan sosialisme-komunisme, yang merupakan hasil buatan manusia. Dalam sejarah ketiganya diemban oleh negara dan rezim yang berbeda-beda pula. Ideologi Islam diemban oleh negara Khilafah, yang pada tahun 1924 M telah diruntuhkan dan dilenyapkan oleh konspirasi negara-negara Barat yang dimotori Inggris dan Yahudi internasional, yang direpresentasikan oleh Musthafa Kamal At-Taturk. Sehingga sampai saat ini ideologi Islam tidak ada satupun negara di dunia yang mengembannya, kecuali hanya diemban oleh sebagian elemen Islam dan kaum muslim secara individual. Sementara Kapitalisme-Liberalisme diemban oleh negara-negara Barat (Eropa dan Amerika), yang dalam perjalanannya pasca imperialisme barat ke negeri timur, yang mayoritas negeri-negeri Islam, ideologi kapitalisme-Liberalisme dipaksakan di negeri jajahan tersebut. Sehingga sampai saat ini negeri-negeri muslim, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun pemerintahannya bercorak ke ideologi kapitalisme. Sedangkan ideologi sosialisme-komunisme, pada era sebelum tahun 1990, diemban oleh negara-negara Eropa Timur, juga sebagian negara di Asia seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Korea Utara. Juga sebagian kecil di Amerika latin, yaitu negara Kuba, Bolivia, dan Venezuela. Namun pasca keruntuhan Uni Soviet, maka kekuatan negara yang bercorak sosialisme-komunisme sangat menurun, karena terhegemoni oleh kekuatan kapitalisme global, yang saat ini dimotori oleh Amerika Serikat.
Secara umum dapat dipahami bahwa ideologi Islam, tegak di atas asas akidah Islam. Akidah Islam tegak di atas keimanan tentang keberadaan Allah SWT dan keesaan-Nya. Dialah Al-Khaliq Yang Azali. Akidah Islam menuntut pemeluknya untuk mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat Yang wajib disembah dan diibadahi. Dan Dia-lah yang menurunkan sistem kehidupan yang khas, yaitu Syariat Islam, untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, untuk kemuliaan seluruh umat manusia. Sementara Ideologi Kapitalisme-Liberalisme tegak di atas dasar pemikiran sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sekularisme mengakui eksistensi Tuhan (agama), namun menegasikan peran Tuhan (agama) dalam mengatur kehidupan di dunia. Dengan kata lain, agama diakui sebagai keyakinan, ritualitas, dan moralitas belaka. Termasuk di dalamnya agama Islam, diperlakukan oleh kaum sekuler sama dengan agama-agama lain, sebatas sebagai sebuah keyakinan, ritualitas, dan moralitas belaka, bukan sebagai sebuah ideologi yang memiliki seperangkat aturan kehidupan yang syamil dan kamil (lengkap dan komprehensif). Sementara Ideologi Sosialisme-Komunisme tegak atas dasar materialisme (ateisme). Dalam praktiknya, komunisme bukan hanya menegasikan eksistensi Tuhan (agama), tetapi bahkan anti Tuhan (anti agama). Dalam pandangan orang-orang komunis, agama adalah “candu” atau “minuman keras” spiritual yang tidak layak mempengaruhi dan memperdaya manusia. Dengan demikian jelas, pandangan materialisme (ateisme) ini menyalahi fitrah dan akal manusia. Sungguh aneh ateisme (ketidakyakinan pada eksistensi Tuhan) bisa ada dalam benak orang-orang yang berakal. Padahal binatang, tumbuhan, dan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi pun hakikatnya “bertuhan”. Semuanya bahkan bertasbih, sujud, dan tunduk pada ketentuan Allah SWT, Sang Pencipta Alam semesta.
Pertarungan ideologi memang merupakan sunnatullah. Karena memang pertarungan kebenaran dan kebatilan itu sudah ada sejak awal sejarah manusia. Pertarungan ketiga ideologi itu tampak pada kebijakan yang diambil oleh rezim saat ini. Terutama pasca diterbitkannya Perppu Ormas. Dengan modal Perppu tersebut rezim dengan mudahnya mencabut Badan Hukum Perkumpulan (BHP) ormas HTI. Memang ormas HTI selama ini aktivitasnya mendakwahkan Syariat Islam (yang di dalamnya mencakup pemikiran, hukum, dan juga pandangan Islam) untuk diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Sementara “khilafah” merupakan bagian dari syariat Islam. Yang selama ini memang getol didakwahkan oleh Ormas HTI, sebagai sistem alternatif atas hegemoni ideologi kapitalisme di negeri ini, yang berdampak pada problem multi dimensional yang berkepanjangan. Maka dengan terbitnya Perppu Ormas tersebut telah nyata-nyata dijadikan alat kekuasaan untuk memberangus dakwah Islam, yang menghendaki penerapan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Namun yang patut disayangkan oleh publik, pada saat rezim melakukan “pembunuhan karakter” Islam, yang direpresentasikan dengan mencabut legalitas ormas HTI, mengkriminalkan gagasan khilafah, dan melarang mengibarkan bendera tauhid. Di saat yang sama justru dengan mudahnya rezim memberikan sinyal “welcome” terhadap tumbuh kembangnya ideologi komunisme di negeri ini. Dengan cara menerima kunjungan pengurus Partai Komunis Vietnam di Istana Negara. Publik telah menyaksikan bukti itu secara nyata, penulis buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI” dibiarkan begitu rupa tanpa bisa disentuh oleh hukum. Sementara seorang ustadz yang getol mengingatkan bahaya laten komunisme bagi negeri ini, malah aparat keamanan dengan sigap menangkapnya. Aktivis dan pendakwah “Khilafah” dipersekusi begitu rupa tanpa ampun, pengajian keislaman dilarang, sementara simbol-simbol komunisme dan aktivisnya dibiarkan dan dilindungi dari jerat hukum. Ditambah lagi di saat yang sama rezim telah membuka lebar-lebar jalan bagi negara-negara kapitalis untuk mengeruk habis kekayaan alam negeri ini. Ormas HTI yang sering mengingatkan agar Indonesia harus mandiri dalam mengelola sumber kekayaan alam negeri ini yang sangat melimpah, justru dianggap kelompok yang berbahaya, dan akhirnya justru ormas HTI dicabut legalitasnya alias dibubarkan secara keji tanpa melalui proses peradilan. Sementara kelompok-kelompok separatis, semisal OPM, yang jelas-jelas telah membuat makar bagi negeri ini dibiarkan berkembang tanpa ada tindakan nyata untuk menumpasnya. Jika kedzaliman rezim ini berlangsung terus menerus dan selalu mengebiri serta meminggirkan kepentingan Islam dan kaum muslimin, yang sejatinya pemilik sah negeri ini dan yang dulu telah memerdekakan bangsa ini dari penjajahan negara-negara Barat, pelan namun pasti Umat Islam akan bangkit untuk membela agamanya yang telah dinistakan oleh ideologi komunisme maupun kapitalisme-liberalisme. Dan jika kebangkitan umat Islam telah nyata maka tidak akan bisa dibendung oleh kekuatan apapun. Fakta telah membuktikan sejak dahulu hingga kini umat Islam telah sukses melibas rezim tiran Quraisy di Makkah, Melumatkan entitas Yahudi Bani Nadhir, Bani Qainuqa’, Bani Quraidhah, dan Yahudi Khaibar di jazirah Arab, menggulingkan rezim diktator Libya Muammar Khadafi, Mengikis habis kekuasaan sang rezim “Fir’aun” Mesir Hosni Mubarak, juga melenyapkan kedzaliman rezim Saddam Husein di Irak, dan masih banyak fakta yang lain.
Dalam kamus sejarah berlaku rumus peristiwa di masa yang lalu akan terulang di masa mendatang. Dulu negara Khilafah yang menopang penerapan ideologi Islam yang memimpin dunia, diruntuhkan oleh kekuatan ideologi kapitalisme-liberalisme barat dan juga dipinggirkan oleh ideologi sosialisme-komunisme. Maka sudah saatnya di abad ini kepemimpinan dunia bergulir dan beralih ke tangan kaum muslimin dengan semangat menjadikan Islam rahmatan lil-‘alamin sebagaimana sudah terjadi di masa yang lalu. Dan tanda-tanda kebangkitan itu sudah terlihat nyata. Ada Aksi Bela Islam 1, 2, 3, dan 4, serta ditambah Aksi 299 yang baru saja berlangsung, menunjuknya bahwa umat Islam adalah umat yang kuat namun beradab, umat yang cerdas namun tidak arogan, dan umat yang tangguh melawan segala rintangan, yang layak memimpin dunia dengan Islam. Dan itu memang sudah menjadi janji Allah SWT di dalam Al-Qur’an dan bisyarah nubuwwah dalam banyak hadits. Dan secara empiris, dalam sejarah umat Islam dengan kekuatan spirit Islam telah dan mampu meruntuhkan dua negara adidaya di masa lalu yaitu Imperium Romawi Bizantium dan Imperium Persia. Yang akhirnya dua negara adidaya tersebut menjadi bagian wilayah kaum muslimin. Bahkan Umat Islam bisa menyebarkan Islam dan menyatukan umat manusia dalam satu kekuasaan, jauh dari pusat tempat kelahirannya, bahkan sampai ke daratan eropa.
Untuk itu umat Islam harus terus berjuang dan merapatkan barisan dalam mengingatkan rezim saat ini, yang mayoritas mereka beragama Islam, masuklah ke dalam pangkuan Islam secara kaffah. Ambillah Islam sebagai agama sekaligus sistem hidupnya. Tidak ada gunanya tunduk di bawah bayang-bayang kapitalisme-liberalisme maupun sosialisme-komunisme, yang telah nyata-nyata menyengsarakan bangsa dan negeri ini. Karena sesungguhnya kedua ideologi itu sangat rapuh dan berbahaya buat kalian dan bangsa ini. Bukalah pikiran secara jernih, kajilah Islam secara kaffah dan objektif, pastilah akan memperoleh cahaya Islam yang mencerahkan hati dan pikiran kalian. Niscaya kalian akan memperoleh kemuliaan, kebahagiaan hakiki, keselamatan dunia dan akhirat. Itu hanya bisa kalian peroleh dengan Islam. Sebelum semuanya terlambat, ambillah keputusan penting untuk membela Islam. Karena sesungguhnya Islam diturunkan oleh sang maha pencipta untuk kebaikan seluruh umat manusia. Wallahu a’lam[]