Aksi Damai Tolak Perppu Ormas di Tugu Pahlawan Surabaya

Mediaumat.news “Perppu no 2/2017 sangatlah berbahaya, secara prosedural maupun substansinya. Dan yang telah menjadi korban PERPPU tersebut adalah HTI,” pernyataan Ustadz Abu Imam dari Majelis Taklim Al Mustanir Probolinggo, sebagai salah satu orator dalam aksi damai (Sabtu, 23/09) pukul 08.15 – 10.45 WIB, yang diselenggarakan FUIB (Forum Umat Islam Bersatu) di sisi timur Tugu Pahlawan, jantung kota Surabaya.

Aksi damai tersebut diawali dengan pembacaan Al Quran bit tartil dan sambutan oleh Abah Kholiq ketua FUIB Surabaya yang menyampaikan relevansinya semangat hijrah dengan menyatukan tekad untuk menolak PERPPU Ormas 2/2017, di tengah adanya indikasi bangkitnya kembali PKI.

“Sebab utama munculnya PERPPU adalah upaya untuk membendung ide khilafah. Padahal khilafah adalah ajaran Islam. Ulama ahlu Sunnah wal Jamaah ittifaq tentang nashbul imam,” sambung Ustadz Asmawi dari Majelis Taklim Al Ishlah Pamekasan, di hadapan massa pria-wanita kurang lebih 700 orang, memanjang dari utara depan kantor Bank Indonesia sampai ke selatan  perempatan lampu merah Bapeprov. Lalu lintas ramai di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, sama sekali tidak terganggu oleh pelaksanaan aksi, karena peserta aksi berdiri di pedestrian/trotoar.

“Di sepanjang zaman, kebenaran selalu mendapatkan tantangan. Dan kemudian kedzaliman akan dihinakan,” ungkap Ustadz Abdus Salam pengasuh sebuah majelis taklim di Gresik. Tidak ketinggalan juga, orasi dari sudut pandang hukum, disampaikan Abah Alimi pengacara senior dari Banyuwangi ,”Tidak boleh membubarkan sebuah Ormas tanpa melalui proses pengadilan, sampai mendapatkan keputusan yang tetap (in crach).”

Orator-orator lain di antaranya KH. Ghozin dari Ponpes Darul Hafidzin Surabaya, Ustadz Hairil Anwar dari AUMA (Aliansi Ulama Madura) dan beberapa tokoh masyarakat juga ikut menyampaikan pendapatnya. Salah satu orator memilih menggunakan bahasa ‘jawa Suroboyoan’ dengan lugas menasihati petugas Kepolisian yang tengah mengamankan aksi. Selingan pembacaan ‘shawalat asghil’ yang dipimpin Ustadz Budiman dari Ponpes Al Ghuroba, efektif menyejukkan suasana aksi.

Di sela-sela aksi, para mahasiswa melakukan happening art dengan membentangkan Royah-Liwa raksasa, dan diperjalankan menyusuri kepala para peserta aksi. Di akhir aksi, dibacakan pernyataan sikap, dan disambung dengan doa yang dipimpin KH. Ahmad Jauhari dari Kediri. []rif

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *