Kasus Bunuh Diri Makin Bertambah, Siyasah Institute Sebut Tanggung Jawab Negara

 Kasus Bunuh Diri Makin Bertambah, Siyasah Institute Sebut Tanggung Jawab Negara

Mediaumat.id – Tindakan bunuh diri yang dilakukan mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD beberapa waktu lalu, serta deretan peristiwa serupa sebelumnya, dinilai lebih menjadi tanggung jawab negara di samping juga keluarga dan masyarakat.

“Ini bukan hanya tanggung jawab keluarga, tapi juga negara dan masyarakat,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Senin (23/3/2023).

Maksudnya, menjauhkan rakyat dari kecenderungan melakukan tindakan menghilangkan nyawa sendiri memang menjadi tugas pemerintah. Ini berarti, hanya negara dalam hal ini pemerintah yang mampu secara optimal membangun nilai sosial yang sehat di tengah masyarakat.

Maka ketika itu tercapai, sebutnya, keluarga dan masyarakat bisa hidup harmonis, berikut lingkungan pendidikan menjadi sehat, serta jejaring ekonomi bakal terbangun guna mencegah kemiskinan.

Termasuk terwujudnya layanan konseling untuk warga secara luas, cuma-cuma dan berkualitas. Sehingga ia berharap, dapat mendeteksi sekaligus mencegah depresi, misalnya, yang berujung pada bunuh diri.

Kerapuhan Sosial

Untuk diketahui, selain menambah deretan angka kematian warga akibat tindakan sengaja yang menyebabkan kematian pada diri sendiri, kasus bunuh diri sebagaimana yang dilakukan mahasiswi Universitas Indonesia (UI) itu juga menunjukkan bahwa masyarakat tengah mengalami kerapuhan sosial dan ekonomi.

“Ini adalah sinyal masyarakat kita mengalami kerapuhan sosial juga ekonomi,” tambah Iwan.

Bahkan menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di tahun 2019, kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 orang per tahunnya. Angka tersebut, kata Iwan, dapat diartikan dalam satu jam, satu orang melakukan bunuh diri di Indonesia.

Dengan kata lain, sebelum menjadi korban bunuh diri, pelaku secara pribadi tidak memiliki sistem pendukung terlebih ketahanan mental di dalam kesehariannya. “Mereka tidak punya support system, seperti keluarga yang broken home dan toxic, lingkungan pertemanan yang juga toxic, ekonomi terpuruk,” urainya.

Sementara, ketahanan mental yang paling pokok yaitu keimanan digerus dengan paham sekularisme dan liberalisme. “Semua lini sudah ambruk, kasus bunuh diri mahasiswi di Kebumen (misalnya) karena faktor kemiskinan,” bebernya.

Artinya, apabila nilai sosial yang dipakai bersumber dari sekularisme, kata Iwan menegaskan, yang lahir nantinya justru masyarakat liberal. Akibatnya, masyarakat tetap berada dalam lingkaran setan.

Karena itu, perbaikan nilai sosial yang benar dan sehat hanya bisa dilakukan dengan nilai-nilai yang bersumber dari akidah Islam yang jelas terbukti mampu melahirkan lingkungan sosial yang sehat, berikut kehadiran negara yang bakal menjamin kehidupan ekonomi masyarakat.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *