Karena Alasan Ini LCS Menarik Diperebutkan

 Karena Alasan Ini LCS Menarik Diperebutkan

Mediaumat.id – Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar menjelaskan penyebab Laut Cina Selatan (LCS) menarik diperebutkan.

“LCS adalah jalur laut yang nyambung dengan Selat Malaka, Selat Hindia sampai ke Eropa. Jadi dia jalur perdagangan strategis,” ungkapnya di Kabar Petang: ASEAN Mandul, Cina Menang di Sengketa LCS? melalui kanal YouTube Khilafah News, Rabu (8/2/2023).

Menurutnya, 40 persen perdagangan dunia melewati jalur LCS. Cina juga sangat tergantung pada LCS karena 80 persen kebutuhan minyak dan gasnya yang diimpor dari Timur Tengah melalui LCS. “Oleh karena itu Cina bermbisi menguasai LCS agar bisa mengontrol kawasan tersebut,” jelasnya.

Cina, lanjutnya, sudah membangun pangkalan militer di LCS. Ini akan membuat Cina mudah mengontrol berbagai negara di Asia Tenggara bahkan Jepang, Filipina, dan Korea Selatan.

“Di sisi lain negara-negara Asia Tenggara termasuk Jepang dan Korea Selatan adalah mitra strategis Amerika Serikat. Inilah mengapa Amerika juga berkepentingan terhadap LCS, karena Amerika juga punya banyak ketergantungan terhadap sumber daya alam di sana,” ungkapnya.

Hasbi mengatakan, Amerika khawatir ketika membiarkan LCS dikuasai Cina bisa jadi ke depan dominasi Amerika di wilayah Asia Pasifik menjadi menurun. Dan ini akan mengancam dominasi global Amerika Serikat ke depannya.

Indonesia

Dalam penilaian Hasbi, beberapa tahun terakhir Indonesia memperlihatkan sikap tegas terhadap isu LCS.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia meningkatkan belanja militer untuk memperbaharui alutsista, termasuk menggelar latihan militer bersama dengan beberapa negara di Asia Tenggara juga Amerika Serikat,” ungkapnya.

Sementara itu langkah riil yang dilakukan Indonesia, kata Hasbi, melakukan perundingan politik dengan mempererat kerja sama militer dengan Amerika. Di samping itu belakangan Indonesia melakukan eksplorasi minyak di wilayah Natuna Utara yang membuat Cina kesal dan memberikan warning terhadap Indonesia.

“Jadi saya kira Indonesia telah melakukan langkah-langkah riil walaupun di satu sisi Indonesia ingin terlihat tidak konfrontatif dengan Cina. Hubungan baik tetap terjaga, bahkan Cina menjadi investor terbesar kedua bagi Indonesia setelah Singapura,” tukasnya.

Amerika-Cina

Menurut Hasbi, Amerika sangat agresif terhadap Cina sampai-sampai Amerika memindahkan pangkalan militernya dari Timur Tengah ke Darwin. Amerika mundur dari Afghanistan konon ingin fokus pada pertarungan di Asia Pasifik.

“Amerika melakukan itu karena Amerika melihat potensi Cina mengontrol kawasan Asia Pasifik dengan keinginannya menguasai Taiwan. Amerika membaca itu sebagai tanda Cina akan mengambil alih dominasi politik Amerika di kawasan itu. Sebelum itu terjadi Amerika berupaya melakukan aborsi terhadap pengaruh Cina di kawasan Asia Pasifik,” ungkap Hasbi menganalisa.

Demikian pun, tambah Hasbi, dalam aspek militer negara-negara di Asia Tenggara (kecuali Myanmar) melihat Cina sebagai ancaman di Wilayah Asia Pasifik dan lebih memilih bekerja sama militer dengan Amerika Serikat.

“Dalam aspek ekonomi, Cina memang sangat agresif memberikan berbagai macam investasi perdagangan. Tapi dalam aspek politik keamanan dan militer negara-negara di kawasan ini khususnya di Asia Tenggara masih tetap memilih dekat kepada Amerika Serikat,” imbuhnya.

Dalam penilaian Hasbi, Cina saat ini tidak bisa disebut sebagai negara adidaya karena akibat covid-19 Cina sangat terpuruk dalam aspek ekonomi. “Menurut sebuah analisa di periode ke-3 Xi Jinping, Cina cenderung mengurangi provokasi terhadap Amerika. Apalagi pada September tahun ini akan ada pertemuan APEC di Amerika. Xi Jinping berencana berkunjung ke Amerika,” bebernya.

Hasbi menuturkan, kondisi ekonomi global yang belum pulih akibat Covid-19 membuat negara-negara yang terlibat konflik di LCS berupaya mengelola konflik sedamai mungkin. Meski demikian ketika kondisi ekonomi telah pulih ke depannya konflik diprediksi akan menghangat kembali.

“Bagaimanapun dalam banyak aspek Cina sangat tergantung pada LCS sehingga Cina sudah lama memulai militerisasi di kawasan itu. Di sisi lain, Amerika telah menempatkan ribuan pasukannya dan melakukan kerja sama dan pelatihan militer dengan negara-negara di Asia Tenggara,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *