Erdogan Terus Membuat Entitas Yahudi Senang
Duta Besar “Israel” di Ankara, Irit Lillian, menyerahkan surat kepercayaannya kepada Presiden Erdogan, dan menyebutnya sebagai “momen emosional”. Lillian mengatakan bahwa dirinya mengharapkan lebih banyak perkembangan positif terjadi dalam hubungan kedua negara.
Di sisi lain, Presiden “Israel” Isaac Herzog, mengeshere gambar upacara di mana Duta Besar Lillian disambut dengan lagu kebangsaan “Israel” di Bestepe dengan pesan dalam bahasa Turki di Twitter, dengan mengatakan: “Saya menantikan untuk menerima surat kepercayaan Duta Besar Turki … sebagai langkah besar dalam hubungan Israel-Turki,” katanya (dari berbagai sumber).
**** **** ****
Tidak cukup dengan keputusan untuk “menormalisasikan” hubungan dengan entitas Yahudi, Turki berturut-turut mulai mengambil langkah berbahaya terhadap Al-Aqsa. Pertama, menyambut pemimpin teroris Yahudi, Herzog dengan sambutan yang luar biasa di Bestepe, dan menyerahkan bendera entitas Yahudi kepada tentara Turki. Kemudian, pada bulan September, Perdana Menteri Komunitas Yahudi dijamu di rumah Turki di New York. Kini, Duta Besar baru negara teroris tersebut telah menyerahkan surat kepercayaan kepada Erdogan disertai dengan lagu kebangsaan “Israel”. Selanjutnya adalah penyambutan Sakir Ozkan Torunlar oleh Herzog, Duta Besar yang ditunjuk oleh Turki untuk Tel Aviv!
Pertama-tama, harus kita diketahui bahwa kaum Muslim Turki menolak semua keputusan pengkhianatan Erdogan yang membuat Yahudi bahagia. Karena pandangan kaum Muslim Turki tentang isu Palestina tidak berorientasi pada Amerika, seperti pandangan Erdogan yang pragmatis. Mereka juga tidak bodoh untuk percaya pada mereka bahwa persahabatan dengan entitas Yahudi adalah untuk kepentingan rakyat Palestina.
Sebaliknya, pandangan kaum Muslim Turki tentang isu Palestina sama dengan pandangan Khalifah Abdul Hamid Khan, ketika dia mengusir delegasi Zionis dari hadapannya, yang ingin membeli tanah Palestina dengan imbalan uang, dia rahimahullah berkata: “Saya tidak bisa menjual sejengkal pun tanah Palestina. Karena itu milik umat, bukan milik saya. Umat berperang mati-matian untuk tanah ini dan menumpahkan darah mereka … biarkan orang Yahudi menyimpan jutaan uang mereka untuk diri mereka sendiri. Saya lebih suka tubuh saya tercabik-cabik daripada memberikan sejengkal tanah dari tanah Palestina …”
Pandangan kaum Muslim Turki tentang isu Palestina, sama seperti pandangan panglima besar Islam Salahudin, yang membebaskan Al-Quds (Yerusalem) dari pendudukan Tentara Salib, ketika menjawab mereka yang mengatakan bahwa dia rahimahullah tidak pernah tertawa dalam khotbahnya, “Bagaimana saya bisa tertawa sementara Al-Quds (Yerusalem) di bawah pendudukan?”
Pandangan kaum Muslim Turki tentang isu Palestina, sama dengan ucapan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, penakluk Al-Quds (Yerusalem), yang mencari kemuliaan hanya dalam Islam, “Kami adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan agama Islam, apabilah kami mencari kemuliaan di luar Islam, justru Allah akan menghinakan!”
Pandangan ini tidak akan pernah berubah, atau ditukar untuk kepentingan apa pun, dengan izin Allah. Karena itu adalah yang sikap yang normal dan alami. Oleh karena itu, kecenderungan Erdogan kepada Yahudi hanya akan mendatangkan kehinaan di dunia dan dosa di akhirat. Selain itu, dia tidak hanya mengkhianati rakyat Palestina, namun dia juga mengkhianati para syahid Mavi Marmara, putra bangsanya sendiri, dan kaum Muslim Turki, yang mendukungnya dengan mengatakan, “jika kita menang, Al-Quds (Yerusalem) akan menang, dan Gaza akan menang”, sebelum setiap pemilihan.
Kebijakan Turki terhadap Palestina tidak diarahkan untuk kepentingan umat, tetapi untuk kepentingan global Amerika. Sebagai syarat strategi politik baru yang ditujukan untuk mengepung Cina dan melemahkan Rusia, Amerika Serikat menginginkan agar permasalahan di Timur Tengah dapat diselesaikan secepat mungkin. Selain itu, untuk memasok kebutuhan gas negara-negara Eropa yang bergantung pada gas Rusia di masa depan, Turki-“Israel” membutuhkan kerja sama agar gas alam yang “Israel” jarah dari Palestina dapat sampai ke Eropa. Amerika juga ingin membelokkan isu Palestina—baik untuk perlawanan Palestina maupun untuk umat—dengan menambahkan Turki ke kafilah rezim-rezim Arab yang telah menandatangani pengkhianatan “normalisasi”. Karena itu, entitas Yahudi yakin masa depannya akan aman. Jadi, satu-satunya tujuan kebijakan normalisasi Erdogan dengan entitas Yahudi adalah untuk menyenangkan Amerika agar ia tetap berkuasa. Seperti halnya dalam pembicaraan normalisasi yang dimulai dengan tiran Mesir dan Damaskus.
Sebagai kaum Muslim, kewajiban kita adalah keluar dari sikap diam menghadapi pengkhianatan para penguasa dengan mengubah pandangan kita menjadi tindakan, dan terus membela isu Palestina, yang pertama kita tanamkan adalah tidak takut pada makhluk apapun; kewajiban kita adalah mengingatkan tentara umat tentang agama, sejarah, dan kewajiban mereka, sehingga kabar gembira Rasulullah saw. akan dapat terwujudkan, orang-orang Yahudi akan dikalahkan, dan Khilafah Rasyidah akan kembali ke Al-Quds (Yerusalem).
Rasulullah saw. bersabda:
«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ»
“Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslim memerangi kaum Yahudi, lalu kaum Muslim memerangi mereka, sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon berbicara ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,’ kecuali Ghorqod sebab ia (Ghorqod) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (HR. Bukhari).
Rasulullah saw. bersabda:
«… فَإِذَا كَانَتْ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ فَثَمَّ عُقْرُ دَارِهَا وَإنْ يُخْرِجُهَا قَوْمٌ فَتَعُودُ إِلَيْهِمْ أَبَداً»
“… kemudian Khilafah kembali ke Baitul Maqdis lagi. Baitul Maqdis menjadi rumah (tempat tinggal) Khilafah. Tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari sana selamanya.” (HR. Nu’aim bin Hammad, al-Fitan, hlm. 276; Ibnu ’Asakir, Tārīkh Dimasyq, 1/185). [Muhammad Emin Yildirim]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 12/1/2023.