Aturan yang Tidak Berasal dari Allah Sumber Malapetaka
Mediaumat.id – Menyikapi berbagai hal buruk yang menimpa negeri ini sepanjang 2022, Direktur Harokah Research Center (HRC) Ahmad Fathoni mengatakan aturan yang tidak berasal dari Allah adalah sumber malapetaka.
“Aturan yang tidak berasal dari Allah itulah yang disebut dengan maksiat, dosa di sisi Allah dan itu adalah sumber malapetaka,” ungkapnya di Kabar Petang: Muhasabah Akhir Tahun, Jumat (30/12/2022).
Ia memberikan alasan bahwa kemaksiatan, dosa yang dilakukan oleh manusia, siapa pun orangnya, baik dilakukan oleh pribadi maupun para pemegang kebijakan itu yang akan menyebabkan persoalan yang dampaknya akan menjadi luas menimpa pada semua orang .
“Allah memerintahkan untuk menerapkan hukum-hukum-Nya tapi sekarang hukum Allah dicampakkan dalam pengelolaan negara dan bangsa. Diganti dengan hukum buatan manusia yaitu sistem kapitalis demokrasi,” kritiknya.
Aturan Allah, sambungnya, malah disingkirkan, syariah yang mulia distigmasisasi negatif, mendakwahkan agama Allah dilabeli radikal bahkan dianggap sebagai ancaman. “Ini pangkal persoalan yang menimpa negara dan bangsa ini,” tandasnya.
Ahmad memberikan contoh kerusakan itu seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, korupsi yang semakin tinggi. Sumber daya alam dikuasai oleh asing, OPM (Organisasi Papua Merdeka) semakin sadis dan lain-lain.
Racun
Selain masalah di atas Ahmad Fathoni juga mengungkapkan persoalan yang tak kalah bahayanya terkait Islam moderat. “Seruan moderasi beragama itu merupakan racun yang berbahaya bagi umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini,” ungkapnya.
Menurutnya, umat Islam dikelabui dengan sebutan yang sepintas islami yaitu Islam moderat, Islam wasathiyah, padahal istilah-istilah itu tidak pernah digunakan oleh para ulama-ulama terdahulu maupun sekarang dan itu bukan berasal dari khasanah Islam, tapi justru disosialisasikan sampai tingkat bawah.
“Faham moderasi beragama itu murni berasal dari Barat yang jelas anti-Islam yang justru ingin melumpuhkan ajaran Islam kaffah. Islam yang sempurna justru diganti dengan moderasi beragama,” jelasnya.
Model beragama seperti ini, sambungnya, ingin mencampakkan aturan-aturan Allah yang sempurna. “Ibarat musang berbulu domba, sebenarnya racun tapi dikemas dengan madu. Ini yang umat Islam harus waspada dan harus menolak upaya label-label Islam moderat,” tegasnya.
Ahmad mencontohkan bahaya Islam moderat yaitu ingin menghilangkan kata kafir dalam al-Quran karena tidak sejalan dengan pluralisme. Menstigmatisasi ajaran jihad dan khilafah sebagai ajaran berbahaya.
Solusi
Untuk keluar dari berbagai persoalan ini, kata Ahmad, harus menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi yang benar. “Secara keyakinan Islam adalah satu-satunya solusi yang benar yang akan bisa menyelesaikan persoalan negeri ini. Caranya dengan menerapka syariah Islam secara kaffah dalam mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat,” ucapnya.
Secara empiris, lanjutnya, Islam pernah diterapkan di masa kejayaannya dan terbukti membawa kebaikan.
“Solusi tuntas untuk menyelesaikan berbagai persoalan multidimensional yang menimpa negeri dan bangsa ini adalah kembali menerapkan Islam secara kaffah. Penerapan ini akan memberikan kebaikan bukan hanya bagi umat Islam tapi bagi seluruh umat manusia di dunia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun