Sepanjang 2022, Tak Ada Perubahan Berarti di Dunia Islam
Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan tidak ada perubahan yang berarti di dunia Islam sepanjang 2022. “Sepanjang tahun 2022 tidak ada perubahan yang berarti di dunia Islam,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Ahad (1/1/2023).
Dengan kata lain, dunia Islam masih mengalami berbagai kezaliman berupa penindasan. Baik di negeri-negeri Muslim Timur Tengah seperti Irak, Yaman, di kawasan Asia pun nasib umat Islam tak jauh berbeda.
“Kaum Muslim di India dizalimi oleh rezim Hindu militan,” bebernya, seraya menambahkan kondisi Muslim Rohingya, Myanmar, yang diusir dari tanahnya sendiri oleh rezim militan Budha setempat.
Sebagian besar dunia Islam, jelas Farid, seperti Mesir ataupun Indonesia, misalnya, masih tetap diperintah oleh rezim represif yang lebih melayani kepentingan negara-negara imperialis, daripada rakyatnya sendiri.
Tak hanya itu, Farid juga mengatakan, sepanjang 2022, kebijakan-kebijakan zalim para penguasa tersebut tampak semakin nyata. “Ketika bulan Ramadhan kemarin saat umat Islam sedang melaksanakan shaum, demikian juga ibadah yang lain, zionis Israel demikian kejinya melakukan penyerangan terhadap dunia Islam (Palestina),” ulasnya.
Ditambah bermacam penghinaan terhadap ajaran Islam di negara-negara Barat, Eropa, yang menurut Farid didorong oleh islamofobia.
Celakanya, kekejaman negara-negara imperialis itu didukung oleh penguasa negeri Muslim yang represif. Sehingga, kata Farid, selain menunjukkan bahwa para penguasa negeri Muslim dimaksud sebagai boneka mereka, berbagai kezaliman yang terjadi juga membuktikan kegagalan kapitalisme sebagai ideologi.
“Ini justru menunjukkan kegagalan ideologi kapitalisme secara global untuk mengurus umat manusia,” paparnya.
“Sekaligus menunjukkan kelemahan dari penguasa-penguasa yang menjadi boneka-boneka di negeri-negeri Islam,” imbuhnya.
Titik Terendah
Perlu diketahui, kata Farid lebih lanjut, ideologi kapitalisme saat ini sedang berada di titik nadir atau terendah. Sebabnya tak lagi mendapatkan simpati umat di berbagai kawasan termasuk dunia Islam.
“Demikian juga rezim-rezim, penguasa-penguasa di negeri-negeri Islam, hampir tidak ada yang mendapatkan simpati dari rakyatnya,” sambungnya.
Karena itu ia tak heran jika mereka para penguasa lebih mengedepankan kekuasaan otoriter dalam membendung kebangkitan Islam sekalipun.
Namun, dengan kegagalan kapitalisme, kata Farid, sebenarnya memberikan harapan bagi kebangkitan Islam sebagai solusi dan satu-satunya opsi sistem kehidupan ke depan.
Apalagi sistem yang ditawarkan di dunia Islam selama ini hampir semuanya gagal bahkan setelah dilaksanakan. “Sistem-sistem yang ditawarkan di dunia Islam dan sudah dilaksanakan hampir semuanya gagal,” tandasnya.
Maknanya, alih-alih menyelamatkan negeri Muslim, di negaranya sendiri mengalami persoalan-persoalan yang tidak pernah ada tanda-tanda bisa berhenti. “Di Amerika sendiri masih ada persoalan rasial, kesenjangan antara yang kaya dan miskin, kriminalitas dan penembakan massal misalkan,” bebernya.
Bahkan Farid menyebut, masyarakat di sana cenderung tidak lagi percaya terhadap sistem demokrasi, sebagaimana yang ditunjukkan dalam aksi demontrasi besar-besaran berikut pendudukan gedung vital di Amerika, Capitol Hill.
“Ini semua menunjukkan ketidakpercayaan pada sistem demokrasi selalu muncul dari mereka sendiri,” tukasnya.
Dari sinilah, kembali Farid menyampaikan, ke depan harapan Islam sebagai pilihan dunia semakin menguat.
Tetapi tidak serta-merta Islam menjadi satu keyakinan untuk menjawab segalanya, lantas kemudian tak diupayakan terwujud nyata menjadi sebuah institusi pelaksana.
Menurutnya, khilafah ‘ala minhaj al-nubuwwah, institusi politik berikut perangkat syariah Islam di dalamnya yang bakal membebaskan negeri-negeri Islam dari segala macam penindasan dan kezaliman lainnya.
“Inilah yang akan bisa menerapkan syariat Islam secara menyeluruh menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia dalam politik luar negerinya membebaskan negeri-negeri Islam yang tertindas dan dizalimi,” pungkasnya.[] Zainul Krian