Pengamat: Narkoba di Indonesia Semakin Meruyak

 Pengamat: Narkoba di Indonesia Semakin Meruyak

Mediaumat.id – Penangkapan Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa karena kasus narkoba direspons oleh Pengamat Kebijakan Publik Dr. Erwin Permana dengan mengatakan kasus narkoba semakin meruyak (meluas).

“Kalau kita bicara spesifik berkaitan dengan kasus narkoba di Indonesia itu semakin meruyak dengan aktornya mulai dari level yang paling rendah sampai kepada level yang paling tinggi,” tuturnya di acara Perspektif PKAD: Penangkapan Kapolda Jatim, Problem Narkoba & Penegakan Hukumnya, Senin (17/10/2022) melalui kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Level yang paling rendah anak-anak SD, SMP, SMA, sudah menjadi pemakai narkoba. Apalagi mahasiswa sudah tidak karuan lagi. “Level atas sampai kepada aktor yang memiliki kerah hijau. Aparat yang harusnya dia itu memberantas narkoba justru menjadi aktor utama penyebaran narkoba. Jadi sudah masuk ke sendi-sendi kehidupan ya enggak bisa lagi dipisahkan antara narkoba ini dengan buruknya institusi penegakan hukum,” nilai Erwin.

Semakin institusi penegak hukum buruk narkoba akan semakin tidak terkendali. “Termasuk hari ini kalau kita memperhatikan di institusi kepolisian itu sendiri kan banyak sekali kasus seperti misalnya yang terjadi dengan Kapolres Cengkareng Edwin Hatorangan. Sebelumnya ada 136 anggota kepolisian yang di-PTDH-kan (pemberhentian tidak dengan hormat) berkaitan dengan kasus narkoba,” bebernya.

Menurut Erwin, banyak sekali isu-isu berkaitan dengan narkoba ini yang melibatkan institusi kepolisian, kejaksaan, anggota dewan, kehakiman dan segala macam institusi penegak hukum.

Tidak Serius

Meski demikian, Erwin menilai tidak ada keseriusan dalam hal kebijakan publik untuk melakukan pemberantasan terhadap narkoba.

“Dari aspek penegakan hukum nyaris tidak ada penegakan hukum yang tegas berkaitan dengan pelaku narkoba. Dari aspek edukasi tidak ada kebijakan serius melalui berbagai institusi pendidikan yang secara efektif mengedukasi masyarakat sehingga mereka tidak lagi menggunakan narkoba, menjadi agen narkoba, memusuhi narkoba. Tidak ada kampanye masif perang melawan narkoba,” sesalnya.

Erwin tidak bisa menyembunyikan kekesalannya saat yang dilawan justru hal yang menjadi kontra narkoba semisal propaganda radikalisme yang diidentikkan dengan agama. “Padahal kita paham bahwa yang mampu untuk menangkal orang untuk tidak memakai narkoba itu itu adalah agama, pemahaman mereka, akidah mereka yang baik terhadap agama,” terangnya.

Sekarang, simpulnya justru terbalik. “Di negeri ini poin penting yang powerfull untuk menjadi antitesis terhadap narkoba itu yakni agama justru yang dimusuhi dengan berbagai macam propaganda stigmatisasi negatif,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *