Ibu Racuni Anak Lalu Bunuh Diri, Pakar: Hasil dari Penerapan Sistem

 Ibu Racuni Anak Lalu Bunuh Diri, Pakar: Hasil dari Penerapan Sistem

Mediaumat.id – Peristiwa ibu rumah tangga (IRT) berinisial B (37) yang bunuh diri usai memberikan racun puput tanaman kepada kedua anak laki-lakinya di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, dinilai pakar parenting dan penulis buku The Model for Smart Parents Nopriadi Hermani, Ph.D. karena adanya sistem yang memproduksinya.

“Oh tentu saja (ada andil sistem yang berlaku). Bila banyak orang menghadapi beban hidup yang semakin sulit atau banyak orang mengalami depresi, terutama ibu, maka pasti ada sistem yang memproduksinya,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (21/9/2022).

Menurutnya, banyaknya orang yang mengalami depresi, stres, kecemasan, mental illness, atau mengalami kekerasan, melakukan pembunuhan, menunjukkan ada masalah dengan sistem pendidikan dan sosial yang diterapkan.

“Kesulitan ekonomi yang semakin berat dialami masyarakat seperti meroketnya berbagai bahan pangan, minyak goreng, BBM, listrik, pengangguran dan berbagai problem ekonomi lainnya menunjukkan sakitnya sistem ekonomi kita,” jelasnya.

“Begitupun ketika banyak kebijakan yang membebani hidup masyarakat, kebijakan yang menguntungkan oligarki, korupsi yang semakin marak, para pejabat yang terlihat hidup hedonis menunjukkan ada yang salah dengan sistem hukum dan politik kita. Semua ini akan berujung pada penderitaan masyarakat dan beban hidup yang semakin berat,” tandasnya.

Sering Terjadi

Meskipun Nopriadi belum melihat data-data bunuh diri yang dirilis pemerintah, atau data-data ibu stres kemudian membunuh anak-anaknya, namun ia menilai peristiwa ini sering terjadi. “Entah ada atau tidak datanya. Yang jelas kasus seperti ini sering kita dengar,” ungkapnya.

Ia menceritakan, beberapa waktu lalu di Brebes ada ibu yang menggorok tiga anaknya. Satu orang meninggal dunia dan dua sisanya dirawat intensif. Si ibu diduga mengalami depresi atau gangguan kejiwaan. Dia membunuh anaknya karena tidak ingin anaknya sedih menanggung beban hidup.

“Lalu di Palembang juga pernah terjadi. Seorang ibu membunuh dua anaknya. Membaringkan di tempat tidur lalu menaruh selembar surat di sana, kemudian ia gantung diri. Isi suratnya, Maafkan aku, aku pergi, biarlah anak-anak ikut bersamaku. Sepertinya ini juga masalah beban hidup dan kesehatan mental,” bebernya.

“Saya duga negeri ini darurat beban hidup dan darurat kesehatan mental,” ujarnya.

Perlu Pola Pikir Islam

Nopriadi mengatakan, kasus ibu bunuh anak di Sulsel ini masih diselidiki. Penyebab pastinya juga belum diketahui. “Diduga ini masalah beban utang yang belum dapat diselesaikan. Sang ibu merasa malu karena tidak mampu melunasi utangnya yang akan atau sudah jatuh tempo. Makanya dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Meracuni dua buah hati yang disayanginya, lalu kemudian gantung diri,” ungkapnya.

Mengingat masalah ini cukup sering terjadi, lanjutnya, maka problem seriusnya sebenarnya bukan pada masalah utang piutang. Masalah dalam hidup itu selalu ada. “Menyikapi masalah dengan cara yang sangat tragis ini menunjukkan adanya pola pikir yang salah. Menghadapi beban hidup yang semakin banyak ini diperlukan pola pikir yang baik,” tuturnya.

Lebih tepatnya, kata Nopriadi, perlu pola pikir Islam. Kalau semisal ada konsep-konsep Islam di benak, maka setiap masalah yang menimpa akan disikapi sesuai dengan konsep Islam.

“Ada konsep sabar, rezeki dari Allah SWT, tawakal, ikhtiar, pahala, dosa dan berbagai konsep Islam yang akan membuat mentalitas kita menjadi kuat dan kehidupan kita akan tertata lebih baik. Saat ini konsep-konsep Islam itu asing bagi sebagian kita. Akibatnya masalah dalam hidup akan menjadi beban hidup yang tak bisa ditahan. Dalam kasus ibu tadi, masalah utang diselesaikan dengan cara membunuh anak dan gantung diri,” ujarnya.

Solusi

Nopriadi mengatakan banyak hal yang harus dilakukan berbagai pihak agar masalah ini dapat dicegah atau setidaknya ditekan seminimal mungkin.

“Banyak hal yang mesti dilakukan oleh kita. Kata kuncinya adalah segalah masalah diakibatkan oleh salah urus atau salah atur. Kita semua mesti kembali pada aturan yang benar. Allah SWT menciptakan kita maka dia memberikan aturan terbaik untuk urusan manusia. Bagi kita sebagai pribadi maka marilah kita menjadikan Islam sebagai aturan hidup kita, cara hidup kita, pandangan hidup kita dan jalan hidup kita. Mari kita semangat belajar, menginternalisasi dan mengamalkan Islam,” tuturnya.

“InsyaAllah konsep-konsep Islam akan membuat kita kuat, hidup kita akan lurus dan kita akan merasakan hidup yang membahagiakan dan produkti,” imbuhnya.

Kemudian, ia juga mengingatkan agar menjaga orang-orang di sekitar. “Tidak hanya menjamin nafkah keluarga tapi juga menanamkan keIslaman pada mereka. Tidak hanya keluarga inti kita, tapi juga keluarga besar kita, terutama yang memiliki jalur pewarisan dengan kita. Perhatikan kebutuhan hidup mereka. Bila kita mampu maka bantu mereka. Begitupun dengan tetangga, maka perhatikan kalau ada di antara mereka yang sedang membutuhkan bantuan. Bantu mereka,” pesannya.

Apalagi, ia melihat beban hidup pada hari ini semakin berat. “Para guru dan dosen maka didiklah anak-anak kita dengan nilai-nilai hidup terbaik, yaitu nilai Islam. Tugas kita bukan sekadar mentransfer ilmu tapi juga mendidik mereka agar memiliki sikap mental yang kuat, akhlak yang baik dan kepribadian yang mulia. Luangkan waktu untuk memberi nasehat dan konsep hidup yang berkualitas,” katanya.

Untuk para pemimpin, ia berpesan patut sekiranya meluruskan kembali niat dalam mengemban amanah mengurusi rakyat. Amanah kepemimpinan itu berat dan bisa menjadi penyesalan berat di akhirat kelak. Jangan sampai berambisi meraih jabatan tapi mengabaikan amanah pelayanan. Rasulullah SAW mengingatkan para pemimpin dengan peringatan yang keras, “Kalian akan berambisi terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enaknya penyusuan dan segetir-getirnya penyapihan.”

Ia juga mengingatkan doa Rasulullah SAW untuk para pemimpin. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah! Barangsiapa yang memegang urusan (menjabat) suatu urusan umatku lalu dipersulitnya urusan mereka, maka persulit pulalah orang itu! Dan barangsiapa yan memegang urusan suatu urusan umatku lalu mereka berlaku lembut (mempermudah) kepada mereka, maka berlaku lembutlah kepada orang itu.”

“Mari para pemimpin dan calon pemimpin pelajari Islam agar teladan anda adalah teladan terbaik dan kebijakan adalah kebijakan yang memudahkan masyarakat,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *