Pengamat: Cina Saat Ini Bukanlah Ancaman Langsung bagi AS

 Pengamat: Cina Saat Ini Bukanlah Ancaman Langsung bagi AS

Mediaumat.id – Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin menegaskan Cina saat ini bukanlah ancaman langsung bagi Amerika. “Cina saat ini bukanlah ancaman langsung bagi Amerika,” tuturnya kepada mediaumat.id, Sabtu (13/8/2022).

Ia menambahkan, tetapi Amerika Serikat (AS) tidak dapat menoleransi kebangkitan negara yang mungkin menjadi ancaman bagi Amerika di masa depan. “Oleh karena itu AS berkomitmen penuh saat ini untuk menahan kebangkitan Cina,” ujarnya.

AS, lanjutnya, menggunakan berbagai tipu daya politik untuk menipu Cina agar sibuk dengan urusan internal dan regionalnya agar selaras mengikuti kebijakannya. “Realitas ini membuat Cina terlalu fokus pada wilayah regional dan tidak memiliki ambisi untuk lebih dari itu,” imbuhnya.

Menurut Umar, hal ini akan berubah apabila Cina mengubah ambisi regionalnya menuju ambisi global. “Tanpa adanya perubahan ambisi, maka Cina tidak akan menjadi kekuatan global,” ungkapnya.

Dengan pandangan regional yang sempit, jelas Umar, Cina tidak akan mampu menandingi AS. “Apa yang dilakukan Cina di Afrika sebenarnya tidak untuk menantang AS tapi sekadar usaha mendapatkan akses kepada energi minyak, yang membuat Cina akan semakin tergantung kepadanya,” bebernya.

Umar menegaskan, di sinilah Cina menghadapi isu penting yang akan menentukan status masa depannya. “Cina juga menghadapi berbagai masalah yang memerlukan solusi, dan tanpa ideologi yang jelas maka Cina tidak akan menyelesaikan masalahnya secara konsisten pula,” tandasnya.

Menurutnya, tanpa ideologi, Cina akan terus didikte isu sebagai akibat tidak terselesaikannya isu yang lain. “Pembangunan ekonomi Cina yang semakin tergantung kepada pasokan minyak membuat Cina harus membangun kerja sama yang koheren (dengan negara) yang memiliki minyak,” ujarnya.

Umar meyakinkan bahwa tanpa ideologi, Cina sudah menghadapi masalah integrasi Tibet dan Xinjiang. “Pertanyaannya, tanpa ideologi, bagaimana Cina akan mengintegrasikan Tibet dan Xinjiang, dan dengan ideologi apa penduduk tersebut akan diintegrasikan?” tanyanya.

Secara domestik, lanjutnya, Cina memang diperintah oleh komunisme, karena memang Cina masih dipimpin oleh sistem 1 partai. “Akan tetapi Cina mulai beranjak ke sistem pasar bebas,” imbuhnya.

Di saat yang sama, jelas Umar, Cina juga bersikap nasionalistik yang memancing seruan disintegrasi dari beberapa wilayah, AS berperan dalam memberikan dukungan diam-diam secara terus menerus. “Sampai pada satu titik Cina memutuskan apa jati dirinya, negeri ini akan terus ditarik ulur ke arah yang berbeda-beda dan Cina pun tidak akan mampu bangkit untuk menandingi adidaya mana pun,” pungkasnya.[] Nita Savitri

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *