Ulama Aswaja: Ada Cengkraman Oligarki di Balik Kelangkaan Minyak Goreng dan Tragedi Wadas

 Ulama Aswaja: Ada Cengkraman Oligarki di Balik Kelangkaan Minyak Goreng dan Tragedi Wadas

Mediaumat.id – Ulama Aswaja Tapal Kuda Pasuruan berkumpul dan membuat pernyataan perihal adanya cengkeraman oligarki di balik kelangkaan minyak goreng dan tragedi Wadas.

“Pernyataan ulama pada Multaqa Ulama Aswaja Tapal Kuda Pasuruan: Cengkeraman Oligarki di balik kelangkaan minyak goreng dan tragedi Wadas, sistem Islam solusinya,” tutur Gus Fauzan Basri dalam acara Multaqa Ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah Tapal Kuda Pasuruan, Selasa (15/3/2022) di kanal YouTube Bromo Bermartabat.

Menurutnya, kapitalisme di Indonesia, hampir sempurna meraih impiannya. Hal itu tampak pada dua hal. Pertama, dalam penerapan demokrasi telah melahirkan penguasa yang pro kepada kapitalis baik lokal maupun asing, sehingga kebijakan dan peraturan yang dibuat bukan lagi untuk kepentingan rakyat tetapi untuk kepentingan kelompok kapitalis tersebut.

“Melalui demokrasi hakikatnya yang berkuasa bukanlah orang-orang yang duduk dalam jabatan pemerintahan, akan tetapi yang berkuasa adalah para kapitalis tersebut, yang di dalam ilmu ketatanegaraan disebut dengan oligarki,” tegasnya.

Kedua, oligarki inilah yang sebenarnya menguasai dan mengendalikan ekonomi, politik, sosial, media dan lain-lain. Para penguasa hanyalah pelayan para oligarki. “Maka tidak heran kasus Wadas terjadi karena penguasa melayani dan menjalankan kepentingan oligarki. Begitu pula di balik langkanya minyak goreng, ada oligarki yang bermain di sana. Lagi-lagi penguasa hanyalah melayani dan menjalankan kepentingan oligarki, tidak melayani dan menjalankan kepentingan rakyat,” paparnya.

Gus Fauzan menuturkan, dalam menancapkan sekularisme, proyek moderasi agama, deradikalisasi, war on terrorism, kriminalisasi ajaran Islam, persekusi ulama dan yang semacamnya, yang berjalan selama ini tidak lain merupakan implementasi dari sekulerisme dan kapitalisme.

“Tujuannya adalah untuk memisahkan Islam dari kehidupan dan negara. Untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Buahnya umat Islam khususnya di Indonesia saat ini telah benar-benar dijauhkan dari ajaran agamanya, dijauhkan dari penjaga agamanya yakni para ulama,” tandasnya.

Kondisi seperti di atas, menurutnya, sudah diwanti-wanti jauh oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW melalui wejangan beliau. “Kelak akan datang suatu masa di tengah umatku. Mereka menjauh dari para ulama dan para ahli fikih. Maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga hal. Pertama, Allah menghilangkan berkah dari rezeki hasil kerja mereka. Kedua, Allah akan menjadikan orang-orang zalim yang menguasai mereka. Ketiga, mereka akan mati dalam keadaan tanpa iman,” ujarnya mengutip sebuah hadits.

“Indonesia yang kaya raya ini bukan menjadi berkah bagi penduduknya. Mereka sulit mendapatkan penghidupan secara wajar di tengah negerinya sendiri yang kaya raya. Tepat ungkapan syair, bagaikan unta yang mati kehausan di padang pasir sedangkan ia memikul air di atas punggungnya. Atau ungkapan dalam peribahasa Indonesia bagaikan anak ayam yang mati di lumbung padi,” tamsilnya.

Kekayaannya yang melimpah ruah, lanjutnya, ternyata dikuasakan kepada segelintir orang saja, para kapitalis dan oligarki melalui undang-undang. Selain itu, Indonesia benar-benar dikuasai oleh orang-orang yang zalim, orang-orang yang serakah, tamak dan rakus yaitu para kapitalis, para oligarki.

Rekomendasi

Oleh karenanya, para ulama Aswaja Pasuruan Jawa Timur melalui Multaqo Ulama merekomendasikan empat hal. Pertama, hentikan proyek moderasi agama, deradikalisasi, war on terrorism, kriminalisasi ajaran Islam, persekusi ulama dan yang semacamnya, yang merupakan implementasi dari sekularisme dan kapitalisme. “Tujuannya adalah untuk memisahkan Islam dari kehidupan dan negara, untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya,” tuntutnya.

Kedua, buang jauh-jauh sistem demokrasi yang hanya melahirkan penguasa yang pro kepada kapitalis baik lokal maupun asing. “Penguasa yang melayani dan menjalankan kepentingan oligarki. Penguasa yang mengabaikan kepentingan rakyat. Penguasa yang menyengsarakan rakyat,” tegasnya.

Ketiga, ulama wajib ngopeni (peduli) umat agar umat tetap dekat dengan ajaran agamanya. “Agar mereka tetap bersama-sama para ulama dalam menjaga, menjalankan dan memperjuangkan agamanya,” harapnya.

Keempat, wajib hukumnya bagi para ulama untuk terjun secara langsung mengembalikan Izul Islam wal Muslimin dengan berjuang menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. “Ingatlah peringatan Allah SWT dalam Quran surah al-Hadid ayat 16: ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka? Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya, telah diturunkan Alkitab kepadanya dan kemudian berlalu masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik’,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *