Agar Tragedi Bocah Malang, Ryan, Tidak Terulang!

 Agar Tragedi Bocah Malang, Ryan, Tidak Terulang!

Beberapa menit setelah pengumuman bahwa bocah malang, Ryan, telah ditarik keluar dari sumur tempat di mana dia jatuh 5 hari yang lalu, kematiannya diumumkan.

Negara mengerahkan semua kemampuan dalam upaya untuk menyelamatkannya, dan kaum Muslim menahan napas untuk menantikan datangnya berita bahagia itu, namun setelah semua orang menarik napas lega ketika mendengar pengumuman tentang kesuksesan menariknya keluar dari dalam sumur, tiba-tiba datang berita kematiannya menimpa mereka seperti petir.

Kami memohon kepada Allah subhānahu wa ta’āla agar merahmati bocah malang, Rayan, serta mengilhami kedua orang tua dan keluarganya dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga mereka dapat terhibur dengan berita dari Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan bocah kaum Muslim yang meninggal dunia, di mana beliau bersabda:

«إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ! فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ»

“Ketika anak seorang hamba meninggal dunia, Allah akan berfirman kepada para malaikat, ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Ya.’ Allah berfirman, ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?’ Para malaikat menjawab, ‘Ya.’ Lalu Allah bertanya lagi, ‘Apa yang hamba-Ku ucapkan?’ Para malaikat menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Innā Lillāhi Wa Innā Ilaihi Rāji’ūn).’ Allah ta’ala berfirman, ‘Buatkan untuk hamba-Ku ini sebuah rumah di Surga dan berilah nama rumah itu dengan Baitulhamd (Rumah Pujian)’.” (HR. at-Tirmidzi).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

«أَطْفَالُ الْمُؤْمِنِينَ فِي جَبَلٍ فِي الْجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ وَسَارَةُ حَتَّى يَرُدَّهُمْ إِلَى آبَائِهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

“Anak-anak kaum Mukmin (yang meninggal dunia) berada di gunung yang ada di surga, mereka diasuh oleh Nabi Ibrahim dan Sarah ‘alaihimassalam hingga mereka menyerahkan kepada orang tuanya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Hakim dan Baihaki).

Insiden ini mendapat liputan media yang luas, dan banyak yang mengomentarinya, namun yang penting bagi kami di sini adalah mengambil pelajaran darinya:

1- Apakah negara telah melakukan semua kewajibannya dengan sempurna? Tidak diragukan lagi bahwa negara melakukan upaya teknis dan logistik yang besar, tetapi yang penting bukanlah kuantitas pekerjaan, namun kesesuaiannya dengan sifat tujuan yang ingin dicapai, dan hambatan yang menyertai pekerjaan ini. Bisakah pekerjaan itu dilakukan dengan lebih baik? Apakah ada sarana-sarana teknis yang dapat membantu untuk menjangkau anak lebih cepat dan menyelamatkan nyawanya? Jelasnya ya, sebab ada video kejadian serupa di tempat lain di dunia, di mana para korban diselamatkan dalam waktu yang lebih singkat dan dengan sedikit usaha. Mengapa negara mengambil satu jalan saja? Mengapa negara tidak mengambil lebih dari satu jalan secara paralel? Mengapa tidak mendatangkan kompetensi atau perangkat khusus dari luar negeri? Mengapa tidak menggunakan ekskavator sekrup vertikal atau ekskavator terowongan horizontal atau … Ini adalah mekanisme yang tersedia secara lokal dan dapat membuat kemajuan lebih cepat! Jelas bahwa negara kurang berpengalaman dalam menangani insiden-insiden semacam itu, bahkan kurangnya persiapan telah merusak proses tersebut.

2- Apa yang membuat negara memanfaatkan semua kemampuan dalam insiden khusus ini, padahal lebih banyak insiden mengerikan yang tidak mendapat sepersepuluh pun dari perhatian ini? Mungkin yang terakhir adalah penenggelaman 28 pekerja di sebuah pabrik di Tangier pada Februari 2021. Apa yang membuat negara begitu memperhatikan insiden ini, padahal orang-orang masih menderita hingga hari ini karena kedinginan dan keterasingan di Pegunungan Atlas, juga dari situasi menyedihkan yang menimpa pulunan kota kumuh di seluruh pelosok negeri, pertanyaannya siapa dan siapa … ? Jawabannya adalah bahwa negara terpaksa mengurus masalah tersebut, bukan karena kepeduliannya terhadap kehidupan bocah itu, melainkan karena masalah tersebut viral di media sosial, terutama setelah media internasional turut menyebarkannya, sehingga hal itu menjadi perhatian utama mereka. Karena tidak ada yang percaya bahwa negara ini tiba-tiba memiliki surplus kemanusiaan yang membuatnya mengerahkan semua kemampuan ini untuk menyelamatkan seorang bocah. Padahal itu adalah negara yang sama yang dengan sengaja dan akibat kelalaiannya menyebabkan tragedi yang lebih besar dan lebih buruk!

3- Apa yang membuat media internasional begitu memperhatikan masalah ini? Sungguh menarik perhatian apa yang diberikan oleh channel-channel berita internasional untuk masalah ini, utamanya Al-Jazeera, Al-Arabiya, BBC, France 24 dan lainnya. Ini bukan masalah meremehkan nilai bocah malang, Rayan, namun channel-channel berita ini telah membuat kami terbiasa bahwa menyoroti satu isu tanpa yang lain bukanlah masalah kesewenang-wenangan, dan juga latar belakang kemanusiaan bukanlah yang yang mendorongnya, bahkan sebaliknya mereka mencoba menipu masyarakat, contohnya banyak, yang paling penting adalah liputan yang lemah, bahkan tidak ada, atau sepotong-sepotong tentang penderitaan kaum Muslim di Suriah yang berada di kamp-kamp pengungsi, serta penderitaan kaum Muslim di Irak, Myanmar, dan Turkestan Timur, juga penderitaan kaum Muslim karena penculikan anak-anak mereka di Swedia berada di tangan para petugas sosial. Semua ini tentu tidak diragukan lagi merupakan tragedi yang lebih besar, lebih keras, dan lebih berat daripada apa yang terjadi pada Ryan. Sungguh, kami turut berduka cita atas nasib Rayan, semoga Allah merahmatinya. Namun hal ini jangan sampai membuat kita melupakan penderitaan ratusan, bahkan ribuan, dan bahkan puluhan ribu anak-anak Muslim yang patut mendapat perhatian. Seandainya mereka diberi perhatian yang intens, orang-orang yang menyakitinya mungkin akan malu, dan akan berhenti menyakitinya. Channel-channel ini mencoba untuk mengalihkan perhatian dari hal-hal yang mengganggu bagi mereka yang bertanggung jawab, dan mereka memanfaatkan kejadian ini untuk memoles citra mereka dengan tampil sebagai seorang humanis yang peduli dengan penderitaan orang, tetapi pada intinya mereka tidak lebih dari orang-orang munafik, kaum Machiavellian. Semua channel itu memiliki proyek untuk mewujudkan tujuannya.

4- Sungguh simpati dan perhatian kaum Muslim yang besar dari seluruh dunia telah membuktikan bahwa kaum Muslim benar-benar satu tubuh, dan perbatasan kolonial terkutuk yang dikenakan pada mereka tidak memiliki nilai apapun dalam pikiran dan perasaan mereka, kaum Muslim masih terlihat satu sama lain sebagai saudara, di mana selama beberapa dekade kelicikan kolonialisme untuk memecah-belah kaum Muslim atas dasar etnis, nasional dan sektarian, dan semua upaya kolosal yang dilakukannya untuk membangun perbatasan kolonial dalam jiwa mereka, semua itu dengan cepat menghilang begitu saja. Ini mendorong para pejuang dan menanamkan harapan di hati umat beriman bahwa kemenangan sudah dekat, dan upaya untuk menyatukan kaum Muslim akan membuahkan hasil lebih cepat dari yang kita bayangkan.

5- Pertanyaan terpenting: Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari terulangnya kembali tragedi Ryan? Apa yang harus dilakukan untuk menghentikan pertumpahan darah para korban dan semburan tragedi yang membebani kaum Muslim? Apa yang disadari oleh seorang pengamat yang paling sederhana adalah bahwa negara-negara kita didirikan bukan atas dasar kepedulian terhadap rakyat, membantu yang membutuhkan, dan mewujudkan kebaikan bagi mereka, namun negara-negara itu diciptakan untuk melayani penjajah dan untuk menjamin kelangsungan dua hal: kekayaan kaum Muslim terus mengalir ke kaum kafir Barat, dan kaum Muslim tetap dalam keadaan lemah, terpecah-belah, serta jauh dari hukum-hukum agamanya. Oleh karena itu, keberadaan negara-negara ini adalah pertanda buruk bagi umat, dan pertanda bahwa tragedi terus berlanjut. Dengan demikian, siapa saja yang sungguh-sungguh ingin agar tragedi ini tidak terulang kembali, maka jalan satu-satunya, dan tidak ada yang keduanya, adalah jalan yang kita tidak akan pernah lelah untuk kita ingatkan dan kita dakwahkan, yaitu Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah.

Kami memohon kepada Allah semoga merahmati putra kami Ryan, serta memasukkan kami semua dalam ampunannya, dan semoga insiden ini dijadikan sebagai motivasi bagi orang-orang mukhlis yang masih ragu-ragu untuk melangkah bersama dengan para pejuang guna mendirikan entitas yang menjadikan perlindungan dan penjagaan atas rakyatnya sebagai pekerjaan utamanya, pekerjaan yang membuatnya lebih dekat dengan Allah subhānahu wa ta’āla, bukan pekerjaan kaum Machiavellian yang hanya untuk mewujudkan tujuan duniawi, atau hanya untuk mengalihkan perhatian dari rasa malu yang lebih besar, yakni hanya pengalihan isu semata. [Munaji Muhammad]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 13/2/2022.

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *