Cuitan ‘Ternyata Allahmu Lemah’, KH Rokhmat S. Labib: Awalnya Muncul dari Orang Kafir

 Cuitan ‘Ternyata Allahmu Lemah’, KH Rokhmat S. Labib: Awalnya Muncul dari Orang Kafir

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim dan Penulis Rubrik Tafsir Majalah Al-Wa’ie KH Rohkmat S. Labib mengatakan, cuitan Ferdinand Hutahaean soal ‘ternyata Allahmu lemah harus dibela’ sebenarnya ungkapan yang awalnya muncul dari orang-orang kafir.

“Ungkapan-ungkapan yang seperti itu sebenarnya bukan muncul dari orang-orang Islam atau orang-orang yang berakidah Islam, tetapi muncul dari orang-orang kafir,” ujarnya dalam Kajian Tafsir Al-Wa’ie: Apa Allah SWT Lemah Sehingga Perlu Dibela? (Tafsir Surat Muhammad Ayat 7), Rabu (5/1/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Perlu dipahami, membela atau menolong Allah dalam hal ini agama Islam, jelas tercantum dalam QS. Muhammad ayat 7 yang artinya, ‘Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu’.

Memang dari ayat tersebut, kata Ustaz Labib, sapaan akrabnya, terdapat perintah agar menolong Allah SWT. Namun membela atau menolong di situ bukanlah dalam bentuk makna hakiki. “Yang dimaksud menolong dan membela itu bukanlah membela dalam bentuk makna hakiki,” sebutnya.

Setidaknya, ayat tersebut mengingatkan atas orang-orang Mukmin, bahwa mereka termasuk kaum beriman yang apabila menolong agama Allah, Dia akan benar-benar pula menolong mereka. Serta yang paling penting menurutnya, hal itu diperintahkan oleh Allah SWT.

Hanya saja ia menyayangkan, meskipun jelas kurang tepat, masih ada sebagian penceramah atau ulama mengatakan bahwa Islam itu terlalu besar, hingga tak perlu dibela. “Bahkan mereka mengatakan bahwa Allah itu tidak perlu dibela,” imbuhnya.

Sehingga bahayanya, kata Ustaz Labib, lama-lama bisa saja muncul ungkapan Allah enggak butuh disembah, yang pada akhirnya enggak perlu disembah. “Ini kan bahaya sekali ungkapan-ungkapan seperti itu,” tegasnya.

Bahkan ungkapan serupa, telah digambarkan pula dalam QS. Yasin ayat 47. “Ketika Allah perintahkan mereka berinfak, lalu orang-orang kafir mengatakan, mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk berinfak? Apakah kita harus memberikan makan kepada orang yang Allah itu juga bisa memberikan makanan?” ucapnya.

Jihad

Penjelasan ayat ketujuh QS. Muhammad, menurutnya harus dikorelasikan dengan ayat sebelumnya yang ternyata membahas persoalan dua kaum, yakni Mukmin dan kafir dalam hal jihad di medan pertempuran.

“Apa kata Allah? Apabila kamu berjumpa dengan orang-orang kafir (di medan pertempuran) maka penggallah leher mereka. Maksudnya bunuhlah mereka,” kutipnya.

Bahkan setelah itu, kaum Mukmin diperintahkan untuk menawan atau membebaskan tawanan perang seusai pertempuran.

Padahal, sebagaimana penjelasan Mufassir Ibnu Katsir, seandainya Allah SWT menghendaki, maka sungguh Allah akan menghukum orang-orang kafir dengan hukuman dari sisi-Nya. “Maknanya itu, enggak perlu memerintahkan umat Muslim untuk memerangi mereka,” tegasnya.

“Wong nyawa itu ada di genggaman Allah SWT. Tinggal dicabut nyawanya sudah selesai, (atau) jantungnya dibuat tidak bergerak, sudah selesai (meninggal),” tambahnya.

Bahwa ada hal lain tentang Allah SWT tidak menghendaki itu, ia justru menerangkan, itu juga merupakan kehendak Allah SWT untuk menguji kaum Mukmin berkenaan kewajiban berjihad kala itu. “Menguji dengan memerintahkan jihad,” terangnya mengutip ayat sebelumnya.

Dari sana, Allah ingin melihat siapa di antara hamba-Nya yang menetapi serta menaati perintah-Nya. “Allah perintahkan jihad, yang dengan begitu akan ketahuan siapa yang taat, siapa yang membangkang,” jelasnya.

Lantas, bukan berarti kemudian Allah tidak tahu perihal itu. Allah malah sebenarnya Maha Mengetahui segala sesuatu dari awal hingga akhir. Hanya saja pengetahuan di sini tentang amal manusia yang berkaitan dengan hak mendapatkan balasan.

Disebutkan juga, masih ayat yang sama, terkait dengan orang-orang yang mau menaati perintah Allah SWT, yang ternyata, walau akhirnya terbunuh di jalan jihad, maka Dia tak akan melenyapkan atau menyia-nyiakan amal mereka.

“Allah tidak akan menghilangkan, melenyapkan amal kalian. Bahkan menunjukkan mereka ke dalam surga dan memperbaiki urusan kalian, dan memasukkan mereka ke dalam surga,” tuturnya.

Dengan demikian, sebagaimana sejak awal Allah SWT telah menegaskan bukan berarti Dia tidak mampu membinasakan orang-orang kafir, dan terlepas dari sifat Maha Mengetahui, nantinya akan terseleksi siapa saja di antara hamba-Nya yang mau melaksanakan perintah Allah dengan melaksanakan jihad.

Maka itu, seperti halnya juga ketika Allah SWT memerintahkan untuk membayar zakat, memberi makan orang-orang miskin, bukan berarti Dia tidak mampu menjadikan orang-orang miskin kaya.

Terbukti, Allah SWT telah menghancurkan bangsa-bangsa kafir yang menurutnya sudah kurang ajar kepada agama Allah, dengan sangat mudah. “Allah menenggelamkan Fir’aun serta tentaranya; Allah membalikkan tanah, menghujani dengan batu (kepada) kaum Sodom, kaum Luth,” paparnya.

Janji Allah

Ayat tersebut, menurutnya tidak berisi perintah saja. Namun diiringi dengan janji Allah SWT yang juga akan menolong mereka yang menolong Allah SWT dan Rasul-Nya dengan memenangkannya dari musuh-musuh Islam.

Sehingga secara kekinian, tambahnya, ayat tersebut masih sangat relevan dibawa ke ranah lain yang konteksnya sama, yaitu menolong agama Allah SWT.

“Kalau di medan jihad dengan memenggal kepala musuh (membunuh). Tetapi kalau di medan meja diskusi, menolong Allah dengan mengungkap, menyampaikan berbagai hujjah dan argumentasi yang kuat, yang dengan hujjah dan argumentasi itu orang-orang kafir terbungkam karena tidak bisa memberikan jawaban,” tuturnya.

Terbukti, Rasulullah SAW dan para sahabat banyak memperoleh pertolongan dari Allah SWT dalam banyak peperangan. Dari Perang Badar hingga heroiknya kaum Muslim saat Perang Mu’tah kala itu. “Jika Allah menolong kalian, tidak seorang pun yang bisa mengalahkan kamu,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *