UIY: Ada Kontradiksi Pemikiran Barat Terkait Kebebasan

 UIY: Ada Kontradiksi Pemikiran Barat Terkait Kebebasan

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai ada kontradiksi pemikiran Barat terkait kebebasan.

“Salah satu ciri dari pemikiran Barat ini baik di dalam level filosofis, ideologis, teoritis apalagi dalam level praktis itu adalah adanya kontradiksi. Contohnya yang paling nyata apa yang mereka katakan sebagai kebebasan yaitu liberalisme,” tuturnya dalam acara Menggugat Kapitalisme: Peluncuran Buku Kritik Pemikiran Barat Kapitalis, Ahad (26/12/2021) via daring.

Menurut UIY, satu sisi Barat menyerukan bahkan mengagungkan kebebasan dan begitu gigih memperjuangkan serta membela kebebasan namun di sisi lain banyak sekali tindakan-tindakan Barat yang mengekang kebebasan.

Misalnya sampai hari ini tingkat restriksi kaum Muslim minoritas di Eropa itu terus meningkat. Di Perancis, Muslimah tidak bisa memakai cadar. “Padahal apa masalahnya dengan cadar? Itu muka dia sendiri. Kain yang dipakai, kain dia sendiri. Apakah cadar bisa menimbulkan ketidakstabilan nasional? Menimbulkan kemacetan di jalan? Kan enggak. Tapi itu dilarang oleh mereka dalam bahasa ‘tidak boleh memakai pakaian yang memunculkan simbol-simbol agama’. Kalau begitu di mana liberty, egality itu?” ujarnya.

“Di Swiss, pembangunan menara masjid dilarang. Bahkan di Belanda, penyembelihan hewan kurban itu harus mengikuti sop yang mereka tetapkan. Jadi tidak boleh langsung disembelih, tapi harus disetrum dulu. Setelah pingsan baru boleh disembelih. Karena mereka sangat menghormati hak hewan. Cuma persoalannya saat disetrum itu pingsan atau malah sudah mati? Itu yang kita tidak tahu. Jadi, penuh dengan kontradiksi,” tambahnya.

UIY menilai korban paling besar dari kontradiksi kebebasan yang Barat serukan adalah umat Islam. “Mereka menyerukan kebebasan, tapi tidak untuk umat Islam. Umat Islam tidak boleh bebas. Bebas menyatakan diri sebagai seorang Muslim. Termasuk bebas untuk menjadi ‘radikal’ sebagaimana yang mereka sebut. Kan mestinya bebas toh?” ungkapnya.

“Mereka mengatur kita. Anda boleh menjadi Muslim tapi Muslim yang moderat. (Padahal) tidak ada ketentuan atau perintah menjadi Muslim yang radikal atau moderat. Dua-duanya enggak ada. Yang ada, kita diminta untuk menjadi Muslim yang sesungguhnya atau Muslim yang kaffah,” imbuhnya.

Namun, kata UIY, untuk menjadi Muslim yang sebenarnya atau kaffah, Barat menyebutnya sebagai Muslim radikal. “Dan enggak boleh itu. Lalu di mana kebebasan itu? Enggak ada. Termasuk kita tidak boleh, bahkan punya cita-cita. Cita-cita tegaknya Islam di dalamnya diatur dengan syariat Islam dibawah naungan Daulah khilafah. Enggak boleh itu. Mereka katakan sebagai ideologi setan. Loh di mana kebebasannya? Katanya bebas. Katanya mereka melindungi kebebasan? Lah itulah kontradiksi,” ujarnya.

Menurutnya, ini adalah kontradiksi yang sangat akut karena Barat tidak punya patokan-patokan. “Dan patokan itu kembali kepada dua kepentingan besar yakni kepentingan politik dan ekonomi. Ketika kebebasan itu mengganggu kepentingan politik mereka, seperti aspirasi umat Islam, mereka akan tahan. Ketika kebebasan itu mengganggu kepentingan ekonomi mereka, mereka akan tahan,” bebernya.

Karena itu sebenarnya, kata UIY, mengharapkan konsistensi pada pemikiran Barat itu seperti pungguk merindukan bulan. “Kata pelawak, itu hil yang mustahal,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *