Dalam Hubungan Turki-Amerika Ditujukan untuk Institusi, bukan Perorangan

 Dalam Hubungan Turki-Amerika Ditujukan untuk Institusi, bukan Perorangan

KTT Pemimpin G20 diadakan di Roma dan diselenggarakan oleh Italia. Perjanjian Pemanasan Global dan Iklim menjadi agenda para pemimpin dunia tersebut. Sementara mata Turki tertuju pada pertemuan yang akan diadakan antara Presiden Erdogan dan Biden. Dari pertemuan itu diharapkan akan datang berita positif, yang akan membuat ekonomi Turki bernafas, dan Aliansi Rakyat akan melangkahi Aliansi Bangsa, namun itu tidak terjadi. Pertemuan, yang seharusnya berlangsung 20 menit, berlangsung selama 1 jam 10 menit, tetapi Erdogan hanya bisa meringkas pertemuan ini dengan pernyataan singkat: “Sungguh, ini adalah pertemuan yang positif”.


Ada rincian tentang KTT G20, khususnya, tentang pertemuan dengan Biden dalam konferensi pers Presiden Erdogan setelah pertemuan, dan dalam pernyataannya kepada para jurnalis di pesawat yang kembali ke Turki. Ketika kita melihat rincian ini, maka kita melihat hal berikut, bahwa prioritas utama dalam pertemuan Biden-Erdogan adalah nasib masalah pesawat tempur F35 dan pembelian pesawat F16. Mengenai masalah ini, Erdogan mengatakan: “Pertama-tama, tentu saja kami memiliki masalah terkait pesawat tempur F35, seperti yang Anda tahu, kami memiliki pembayaran 1,4 miliar dolar. Pada masalah ini, kami merundingkan pengadaan F-16. Saya belum melihat sikap negatif darinya dalam hal ini. Sebaliknya, karena para Menteri Pertahanan kita akan bertemu satu sama lain, para Menteri Luar Negeri kita juga akan bertemu mengenai masalah ini, sehingga kami berharap dapat mengakhiri masalah sensitif mengenai hubungan kedua negara ini.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Turki telah sepenuhnya menutup masalah pesawat tempur F35, yang dibayar dan ingin dibeli dari Amerika. Turki sekarang sedang mempertimbangkan tentang apakah dapat membeli sesuatu yang lain dari Amerika Serikat dengan uang pesawat tempur F35. Ada satu hal penting yang menarik perhatian, bahwa Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri kedua negara akan melanjutkan negosiasi pembelian pesawat F16. Ini adalah pendekatan baru pemerintahan Biden dalam kebijakan luar negeri Amerika, yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian negara dan pemimpin dengan menghilangkan masalah dari hubungan pribadi para pemimpin, serta menyebarkannya ke dalam operasi berbasis institusional.

Rincian berikut terlait pernyataan Erdogan kepada wartawan, dimana mereka meminta Biden untuk memimpin inisiatif dalam masalah ini, yang menjelaskan hal tersebut dengan lebih jelas. “Kami mungkin tidak mendapatkan hasil dalam waktu dekat,” kata Biden. Dan ia menambahkan, “Anda tahu, ini melalui dua fase yang berbeda, Dewan Perwakilan Rakyat AS dan Senat. Anda tahu, ini adalah lima puluh lima puluh, namun saya akan melakukan yang terbaik. Dan saya berkata kepadanya, ‘Saya yakin Anda bisa membuat itu terjadi, dan saya melihat Anda sekarang memiliki beban dalam hal ini’.”

Awalnya, Amerika Serikat mengambil uang yang dibayarkan untuk pesawat tempur F35, kemudian menghapus Turki dari program F35, dan sekarang sedang dibahas apakah akan memberikan F16 dengan uang itu atau tidak. Jika Anda perhatikan, bahwa Biden tidak berbicara pada dirinya sendiri dan ia tidak berbicara kepada Erdogan, ia mengatakan bahwa lembaga dan kementerian harus terus bertemu, bahwa Senat, dan lainnya akan melihat dan memutuskan.

Erdogan juga membuat pernyataan berikut kepada wartawan: “… Kami sepakat untuk membentuk mekanisme bersama dengan Amerika Serikat pada semua masalah di antara kami, terutama masalah regional, keamanan, pertahanan, perdagangan, dan kontra-terorisme. Kami berharap rekan-rekan kami yang terkait dengan masalah ini akan mematuhinya.” Kata-kata ini menunjukkan bahwa hubungan Turki-Amerika tidak akan didasarkan pada individu (pemimpin) tetapi pada institusi (kementerian dan para ahli) di masa mendatang. Tentu saja, proses ini akan sulit dan menyakitkan bagi Erdogan, yang suka menekankan kualitas kepemimpinan pribadinya dan mengatakan, “Saya telah melakukan itu”, “Saya berhasil”. Bagi Erdogan, waktu berjalan cepat, tahun 2023 semakin dekat, sementara berbagai urusan yang belum selesai, dan di luar kendalinya, telah membuat barang bawaannya dalam perjalanan menuju pemilihan semakin bertambah berat.

Pendek kata, Erdogan tidak mampu menyampaikan pesan politik tingkat tinggi. Hubungan dengan pemimpin tidak bersifat personal tetapi melalui institusi, dan ia harus menunggu prosesnya. Mengingat pemilihan 2023 yang semakin dekat dan suara Aliansi Rakyat semakin menurun dari hari ke hari karena krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Turki, maka diperlukan langkah-langkah yang akan memberikan hasil nyata bagi presiden, tetapi ia tidak dapat mengambil langkah-langkah tersebut saat ini. Misalnya, RUU Irak dan Suriah yang diterima di Majelis Nasional Besar Turki, sebab ia adalah kekuatan Erdogan, tetapi ia tidak dapat menggunakannya secara efektif melawan Partai Buruh Kurdi (PKK), Partai Persatuan Demokratik (PYD), dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), karena ia tidak dapat memprediksi sikap Amerika Serikat, yang tidak memberikan lampu hijau tentang masalah ini. Memang, Erdogan, yang mengatakan bahwa ia membahas masalah dukungan Amerika Serikat untuk organisasi teroris ini dengan Biden, dengan menggunakan ungkapan ini: “Kami menyatakan penyesalan kami mengenai dukungan Amerika Serikat pada organisasi teroris Partai Buruh Kurdi (PKK), Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), dan Partai Persatuan Demokratik (PYD) di Suriah”. Meskipun masalah keamanan dan nasional paling menghibur Erdogan dalam politik domestik Turki, namun jika ia tidak dapat berbicara dengan jelas dan lantang, bahkan tentang masalah ini, maka kita dapat mengatakan bahwa tahun 2023 tidak pasti dan dijamin dewi fortuna untuk Erdogan. [Mahmut Kar]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 10/11/2021.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *