Jokowi Ingin Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Syariah, Enggak Mungkin Selama…
Mediaumat.id – Permintaan Presiden Jokowi agar Indonesia menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah dunia seperti yang disampaikannya dalam pidato Hari Santri Nasional dinilai enggak mungkin selama sistemnya tidak diganti.
“Kalau sistem politik dan pemerintahannya masih sistem demokrasi jelas enggak mungkin,” tutur Pakar Ekonomi Syariah Arim Nasim kepada Mediaumat.id, Ahad (24/10/2021).
Menurutnya, sistem ekonomi Islam itu tidak bisa dipisahkan dengan ideologi Islam dan sistem lainnya seperti sistem politik, sistem pendidikan, dan lainnya.
“Sistem ekonomi Islam itu bukan hanya lembaga keuangan, sistem ekonomi Islam itu termasuk di dalamnya pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan ini kan tidak tersentuh sama sekali oleh sistem ekonomi Islam (yang dimaksud Jokowi), bahkan pengelolaan SDA saat ini lebih kapitalis dibandingkan dengan negara embahnya kapitalis,” jelas Arim.
Karena, lanjut Arim, yang dimaksud ekonomi syariah oleh rezim adalah hanya lembaga keuangan bank dan asuransi, atau ekploitasi zakat dan shadaqah.
“Kalau persepsi ekonomi syariah itu dalam persepsi ini, maka tidak akan ada penolakan yang berarti dari para kapitalis, bahkan mereka ikut memanfaatkan dan menikmati dana umat,” ungkapnya.
Menurutnya, sistem ekonomi Islam yang utuh adalah sistem ekonomi yang diterapkan berdasarkan akidah Islam dan itu tidak akan bisa dilepaskan dengan sistem politik. Karena itu, jika Indonesia ingin benar-benar menjadi pusat ekonomi syariah dunia, maka harus menerapkan syariah secara kaffah dalam institusi negara yang sesuai syariah yaitu khilafah.
“Perjuangan penegakkan sistem ekonomi Islam tidak boleh dipisahkan dengan perjuangan untuk menegakkan sistem politik Islam,” pungkasnya.[] Ade Sunandar