“Sabar adalah Harta Karun yang Tak Terhingga” (as-Shobru Kanzun la Yandhubu)
Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾
Artinya:
“Sungguh, Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (TQS. Az-Zumar: 10)
Telah berkembang opini yang rusak dan keliru atas konsep dan makna “sabar” di kalangan awam umat Islam di penjuru dunia. Kata sabar menjadi identik dengan diam atas kemungkaran dan kezaliman serta berpangku-tangan dari orang-orang zalim. Sikap mereka ini, mereka klaim sebagai bentuk dari keyakinan bahwa kesabaran akan berujung pada jalan keluar, bahwa Allah niscaya akan mengangkat kezaliman tersebut sebagai ganjaran atas kesabaran mereka.
Kami akan memaparkan sebuah fakta, agar menunjukkan bahayanya pemahaman seperti ini.
Kondisi umat Islam saat ini terbagi dan terpisah-pisah menjadi kurang-lebih 56 negara berbeda. Di setiap negeri, dipimpin oleh seorang zalim nan bengis yang memerintah bukan dengan yang Allah SWT turunkan, yang berhukum dengan undang-undang dasar Barat, lalu menebar kerusakan, keharaman dan riba, serta membuat lapar dan memiskinkan rakyatnya, dan memudahkan Barat untuk merampok sumber daya dan kekayaan rakyat di saat mereka sendiri tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apakah maksud dari sabar yang Allah SWT tuntut adalah membaur dengan keharaman-keharaman, serta kerusakan yang para pemimpin itu rancangkan?
Apakah maksud sabar adalah diamnya kita terhadap para pemimpin itu dan membiarkan mereka mengaduk-aduk bumi Allah dengan kerusakan demi kerusakan?
Benarkah makna sabar adalah menyaksikan mereka menelantarkan tempat-tempat suci Islam dan hukum-hukumnya? Lalu, berdiam dan tidak berusaha mengubah apapun, dan mencukupkan diri dengan diam, lalu mengklaim bahwa ini adalah “kesabaran” yang Allah SWT hendaki dari kita, serta buah dari kesabaran ini adalah jalan keluar yang pasti?
Jawabannya adalah: diam di hadapan kemungkaran bukanlah “sabar”, namun justru membantu orang zalim dengan kezalimannya. Bantuan itu berwujud membaur dan menganggap biasa kezaliman dan kemungkaran; diam adalah salah satu bentuk keridhoan.
Maka, maksud dari sabar secara mutlak bukanlah berdiam diri dari menegakkan kewajiban-kewajiban. Sabar (baca: berdiam diri) terhadap keharaman dan kemungkaran adalah haram.
Sebaliknya, maksud sabar adalah menegakkan kewajiban dan menjauhi keharaman dan “sabar” atas usaha ini dan “sabar” atas hasilnya. Maka, hendaknya Umat mengoreksi pemimpinnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar, lalu bersabar terhadap apa yang ia hadapi berupa perlawanan dan penolakan. Dengan demikian, terwujudlah makna sabar.
Maka, yang dimaksud “sabar” adalah sabar di dalam ketaatan, bukan di dalam keharaman dan kemungkaran.
Sangat penting kita hilangkan debu-debu yang menodai makna sabar.
Sabar yang sebenarnya adalah membersamai syariat Allah, bukan meninggalkannya atau diam terhadap ditinggalkannya syariat Allah.
Sabar hanya ada di jalan kebenaran, ia tidak ada di jalan kebatilan, sedangkan diam terhadap kemungkaran merupakan jalan kebatilan.
Maka benarlah, sabar di jalan kebenaran merupakan harta karun yang tak terhingga; ia menjadi pelipur lara untuk kesedihan, jawaban atas masalah, jalan pembuka rahmat dan rezeki, dan jawaban untuk mengelola dan mewarisi bumi Allah.
Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعاً يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ﴾
Artinya:
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (TQS al-Qashas: 4)
Apakah dahulu Musa a.s dan orang-orang beriman dengannya hanya berdiam diri atas kezaliman dan tangan besi Firaun? Kemudian menganggap diamnya sebagai kesabaran?
Ataukah mereka mengecam kezaliman dan kepemimpinan Firaun yang absolut, berpegang-teguh dengan jalan Allah, lalu barulah mereka bersabar?
Lihatlah hasil kesabaran mereka di dalam kebenaran ini, dan hasil dari sikap mereka yang tak diam dan tak tunduk di hadapan kebatilan!
Allah SWT berfirman:
﴿وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ﴾
Artinya:
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (TQS al-Qashas : 5)
Sekali lagi, sabar adalah harta karun yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua orang-orang yang bersabar di jalan kebenaran.
Allahumma Amin.
Ditulis untuk tujuan publikasi Maktab I’lamiy Pusat Hizbut Tahrir
Dr. Faraj Mamduh