Aktivis ‘98: Jangan Pernah Surut Kritisi Kebijakan Rezim Zalim
Mediaumat.news- Aktivis ‘98 Agung Wisnuwardana berpesan kepada seluruh pengusung perubahan agar jangan pernah surut untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan rezim yang zalim.
“Jangan pernah surut untuk terus bersuara keras mengkritisi kebijakan-kebijakan rezim yang zalim,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Senin (27/9/2021).
Ia menyerukan kepada siapa pun para pengusung perubahan baik mahasiswa, masyarakat, kelompok ulama dan kelompok aktivis agar jangan pernah berhenti untuk melakukan perubahan. “Jangan pernah berhenti untuk terus memberikan tanggapan atas berbagai kebijakan yang merugikan rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, berhasil atau tidak terjadinya perubahan itu perkara yang lain. “Sikap kita yang tidak tinggal diam, sikap kita yang berani untuk terus menanggapi kritik terhadap rezim yang zalim adalah sebuah perkara sendiri yang harus dilakukan oleh setiap agen perubahan,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Agung mendukung aksi BEM SI yang menuntut pembatalan pemecatan pegawai KPK karena tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).
“Itu saya pikir bagus karena mahasiswa sebagai kekuatan masyarakat sipil yang penting untuk merespons berbagai kondisi bangsa ini, termasuk di dalamnya terkait dengan gerakan untuk memberantas korupsi, salah satunya konteks tes wawasan kebangsaan beberapa waktu lalu yang cukup tidak adil,” bebernya.
Ia mengaku sangat mendukung aksi tersebut. “Jadi, saya secara pribadi sangat men-support terkait apa pun yang merespons kebijakan rezim zalim terkait dengan kondisi bangsa ini termasuk juga masalah gerakan anti korupsi,” ungkapnya.
Agung menduga, kebijakan rezim Jokowi selama ini memang tidak menunjukkan keberpihakan kepada upaya serius untuk pemberantasan korupsi. “Saya juga menduga kebijakan tersebut untuk mengamankan organ-organ support kekuasaannya pada saat ini karena bagaimanapun juga dalam sistem sekarang membutuhkan dana yang besar. Salah satu anggaran politik itu salah satunya dari aktivitas korupsi,” ujarnya.
Selain itu, Agung juga menduga, ada kepentingan oligarki untuk bisa melakukan aktivitas pengerukan sumber daya yang ada di Indonesia lebih banyak lagi. “Sehingga salah satu yang dilemahkan adalah unsur KPK,” tegasnya.
Bola Salju
Agung berharap mahasiswa terus bergerak untuk merespons kondisi keumatan apalagi amanat penderitaan rakyat dan semestinya mahasiswa menunjukkan keberpihakannya. “Apakah ini akan menjadi bola salju seperti reformasi? Itu perkara yang lain,” ujarnya.
Karena, ia menilai, dalam situasi seperti sekarang banyak faktor yang yang menyebabkan gerakan itu semakin membesar dan menjadi bola salju. “Ada edukasi kemudian konsolidasi dan ada artikulasi,” ungkapnya.
Agung melihat, kondisi konsolidasi elite saat ini sangat kuat sekali sementara konsolidasi masyarakat sipil masih centang perenang sehingga untuk sampai mencapai seperti Reformasi ‘98 sepertinya masih agak jauh kecuali ada kondisi geopolitik yang berubah. “Kemungkinan bisa dipercepat kondisi seperti reformasi 98 tapi tentunya butuh kondisi geopolitik yang sesuai,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it