COAS, Kepala CIA Bahas Keamanan Regional dan Situasi di Afghanistan
Berita:
“Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns memanggil Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Qamar Javed Bajwa dan Direktur Jenderal Intelijen Antar-Layanan (ISI) Pakistan Letnan Jenderal Faiz Hameed, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis oleh kantor urusan media militer”. (Surat Kabar Dawn)
Komentar:
Kita semua telah melihat runtuhnya pemerintahan Ashraf Ghani – rezim kolonial AS terbaru di Afghanistan. Jatuhnya Kabul adalah bencana bagi Amerika Serikat dan sekutunya karena berbagai alasan. AS masih merupakan negara paling kuat di dunia, tetapi pekan lalu menunjukkan bahwa di samping sistem politiknya yang sudah retak, negara itu memiliki kebijakan luar negeri yang rusak dan tidak ada harapan besar bagi umat manusia.
Peristiwa di Afghanistan menegaskan kegagalan total misi mereka di Afghanistan. Terlepas dari apa yang dikatakan oleh Presiden Biden, pembangunan bangsa benar-benar merupakan bagian dari tujuan AS di bawah pemerintahan Bush yang neokonservatif dan sekutunya di Inggris dan di tempat lain. Pemikiran mereka adalah bahwa mereka akan membom, menginvasi dan menduduki dunia Muslim dan bahwa penduduk negeri yang diduduki akan menyukai penegakan demokrasi sekuler namun bukan itu masalahnya. AS telah mengkampanyekan lagi bahwa jika Anda adalah salah satu dari rezim proksinya, AS tidak akan mendukung saat Anda berkomitmen pada suatu keputusan. Mereka akan meninggalkan Anda dalam kesulitan ketika waktunya cocok bagi mereka. Ini harus menjadi pembuka mata bagi rezim Bajwa-Imran meskipun Anda telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan tuan Anda; ketahuilah bahwa mereka akan membuang Anda seperti kertas tisu begitu Anda melakukannya untuk Amerika.
Pendudukan bukanlah satu-satunya alat yang digunakan oleh negara-negara kolonialis untuk meningkatkan pengaruh di dunia. Hal ini digambarkan dengan sangat baik ketika Inggris dan Prancis menarik diri dari pendudukan mereka di negeri bekas jajahan mereka. Mereka meninggalkan suatu kelas politik yang mereka pengaruhi, dan menggunakan berbagai alat ekonomi untuk mempengaruhi dan mengendalikan negara-negara tersebut. AS tidak akan menarik diri dari pendudukan tanpa mereka menganggapnya punya cara lain untuk mengontrol negeri itu. Hal menarik yang terkenal di atas merupakan contoh utama bahwa dengan alat-alat kontrol Amerika dan melalui kontrol tersebut, AS mempengaruhi struktur pemerintahan yang berkuasa.
Cita-cita Islam bukanlah sekadar negara bangsa yang dibatasi oleh batas-batas buatan negara, yang memiliki beberapa aturan Islam, atau tunduk pada beberapa kontrol kekuatan asing – namun cita-cita Islam adalah Khilafah yang berdasarkan metode kenabian, di mana Islam diterapkan secara menyeluruh bukan sebagian, dan ada visi untuk menyatukan umat Islam melintasi perbatasan-perbatasan buatan itu.
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh Mohammad Adil