Pernyataan Pangkostrad Semua Agama Benar, Berbahaya dan Absurd

 Pernyataan Pangkostrad Semua Agama Benar, Berbahaya dan Absurd

Mediaumat.news – Pernyataan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman yang mengatakan ‘hindari fanatik yang bersifat berlebihan terhadap suatu agama karena semua agama benar di mata Tuhan’, dinilai oleh Pengamat Politik Islam dan Militer Dr Riyan M.Ag. sebagai pernyataan yang berbahaya dan absurd.

“Menurut saya pernyataan itu berbahaya. Jadi pernyataan fanatik berlebihan itu berbahaya dan absurd. Apalagi yang menyampaikan tingkat pimpinan,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Selasa (14/9/2021).

Menurut Riyan, seorang Muslim harus memahami bahwa keyakinan (keimanan) terhadap agama itu harus100 persen, tidak boleh ada keraguan sedikit pun. Dan konsekuensi keimanan yang benar adalah keterikatan terhadap hukum syariah Islam secara kaffah. Tidak sebagian-sebagian, atau yang disenangi saja yang diambil.

Disisi lain kata Riyan, pernyataan “semua agama benar di mata Tuhan” itu juga menunjukkan ketidakfahaman terhadap Islam. Sebab di sisi Allah, hanya Islam saja yang benar dan diterima oleh Allah SWT seperti tertulis dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 19 dan 85. Dan pernyataan tersebut juga menunjukkan kontaminasi akut paham pluralisme agama, yang menganggap semua agama sama. Padahal paham tersebut bertentangan dengan Islam dan haram untuk diambil, sebagaimana fatwa MUI tahun 2005. “Pernyataan ini harus dikoreksi dan ditarik!” tegasnya.

Pedoman Tentara Muslim

Riyan memandang, seorang Muslim, terlebih sebagai tentara harus meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan terikat sepenuhnya kepada seluruh syariah Allah SWT, dan turut terlibat dalam upaya dakwah Islam dan perjuangan penerapan syariah Islam secara kaffah. Sebab panglima tertinggi bagi tentara Muslim adalah Allah SWT.

Ia menjelaskan, tentara Muslim dalam sistem Islam adalah menjaga keamanan, pertahanan kaum Muslim dan rakyat warga negara dari berbagai ancaman musuh, secara fisik (militer), maupun perang proksi (proxy/asimetry war). Perang proksi ini bisa melalui penyebaran pemikiran kufur musuh, seperti pemikiran sekuler-kapitalisme-liberal-pluralisme-demokrasi, sebagaimana pemikiran materialisme-komunisme-sosialisme.

Riyan menuturkan, pernyataan Dudung di atas berbahaya bagi tentara, karena berpotensi mendangkalkan akidah Islam para prajurit, dan melemahkan semangat dakwah kepada orang kafir dan meluruhkan spirit jihad fisabilillah.

Konsekuensi berikutnya, menurut Riyan, adalah melemahkan keterikatan prajurit kepada hukum Islam secara kaffah, pada tingkat individu, kelompok masyarakat, dan negara. Hal ini akan membuat prajurit pada cakupan yang lebih luas, akan lemah dalam menghadapi perang proksi yang justru tidak hanya mengandalkan persenjataan fisik (hard power), tetapi justru kekuatan pemikiran Islam yang bernas dan kecerdasan politik yang mendalam (soft power).

“Ini artinya, membahayakan keamanan dan pertahanan bagi rakyat dan negara ini,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *