Prosesi Pemindahan Mumi Menindas Rakyat Miskin dan Menghisap Darahnya
Di jantung kota Kairo, dalam perayaan—pemborosan dan foya-foya—akbar pawai pemindahan 22 mumi kerajaan Fir’aun Mesir yang diarak berkeliling di jalan-jalan kota dari Museum Mesir kuno dekat Lapangan Tahrir yang terkenal, ke Museum Nasional Peradaban Mesir di Fustat, selatan ibu kota, tempat di mana mumi itu akan dipajang sambil menunggu pembukaan museum modern bagi pengunjung dan wisatawan, pada tanggal delapan belas bulan ini, bertepatan dengan “Hari Warisan Dunia”. Perayaan ini menghabiskan sejumlah besar uang yang dikeluarkan oleh kas negara, seolah-olah ini yang dibutuhkan rakyat miskin, atau yang akan mengisi perut mereka, dan mereka cukup dengan mengais sampah orang kaya untuk mencari apa yang memenuhi perut anak-anak mereka!
Menteri Purbakala Mesir mengungkapkan bahwa pendirian Museum Peradaban di Ein as Seirah, serta perayaan dan prosesi pemindahan mumi “menghabiskan banyak uang, banyak, banyak, dan banyak, di bawah arahan langsung Presiden Republik,” katanya. Dia menambahkan bahwa biaya museum yang akan dibuka tahun depan ini saja sudah besar—sejauh ini—telah melebihi 15 miliar pound. Menteri menjelaskan bahwa pencairan untuk barang antik belum pernah terjadi sebelumnya, dan apalagi dari anggaran negara, dan mengindikasikan bahwa dia menolak berbicara tentang pengeluaran, sementara dia berbicara kepada dunia. Ya benar, dia di sini sedang berbicara kepada dunia. Namun dengan prosesi pemindahan yang diarak berkeliling daerah di jantung Kairo dan di pinggirannya, hingga meliputi seluruh Mesir, maka rezim mengalahkan dan menghancurkan rakyatnya di atas ketenangannya, karenanya tragedi terlalu besar untuk dibayangkan dan dibicarakan.
Dalam pandangan mereka ini, bahwa berbicara pada dunia adalah lebih penting daripada menyediakan makanan, perumahan, dan pakaian untuk rakyat. Bahkan mereka menarik dana dan simpanannya untuk dibelanjakan di sini hingga tidak tersisa. Namun jika pengeluaran untuk kepentingan dan pelayanan rakyat, maka kepala rezim keluar kepada kami dengan ucapan yang membuat orang iri, seperti mengatakan, “Saya tidak dapat membantu Anda”, dan “Tidak adakah yang memberi tahu Anda bahwa kami sangat miskin”, serta perkataannya yang terkenal tentang tiket metro yang dinaikkannya, “Saya juga miskin, tidak kaya”. Sementara ada dua fakta yang tidak dapat disangkal dalam masalah ini. Pertama, bahwa Mesir, dengan sumber daya dan kekayaannya, dapat dibelanjakan untuk mengurus semua rakyatnya dengan syarat hentikan penjarahan, pemborosan, dan penyerahan kekayaan untuk kepentingan Barat, sedang rakyat diberdayakan untuk mengeksploitasi sumber daya ini sehingga mereka menghasilkan kekayaan darinya, hal inilah yang tidak dilakukan oleh rezim, justru melarangnya. Kedua, bahwa rezim ini menghabiskan banyak uang tanpa memperhitungkan hal-hal lain, di mana rakyat tidak membutuhkannya, juga sama sekali tidak memberikan kebaikan kepada mereka.
Jadi, apa yang akan diperoleh rakyat dari prosesi pemindahan mumi? Apa manfaat apa yang akan didapat orang miskin, selain patah hati, karena uang mereka yang salah arah? Apa manfaat bagi rakyat dari kota hantu atau ibu kota Sisi yang bertembok, serta jalan dan jembatan yang menyertainya untuk melayani dan memfasilitasi transportasi ke dan dari itu?! Apa keuntungan yang didapat rakyat dari ibu kota yang hanya dihuni oleh para pemilik uang, pebisnis dan elit, sedang orang biasa tidak diperbolehkan masuk kecuali untuk melayani tuan-tuannya, seperti halnya dengan semua komunitas pemukiman baru?! Rumah dan istana bertingkat tinggi yang dikelilingi oleh perumahan sempit dengan ruang dan pelayanan terbatas bagi masyarakat umum untuk melayani penghuni istana dan memenuhi kebutuhannya.
Ini adalah kenyataan yang dilihat oleh mereka yang tinggal di kota dan pemukiman baru tersebut, atau yang tinggal di sekitarnya, seperti halnya tidak ada negara miskin yang membangun puluhan istana kepresidenan, yang salah satunya lebih besar dari Gedung Putih! Akankah rakyat akan tinggal di istana itu? Apa kebutuhan negara padanya di saat perut anak-anaknya lapar? Semoga Allah merahmati Umar, yang tidak membangun untuk dirinya sendiri sebuah istana di Madinah, juga harta karun Kisra dan Kaisar ditaruh di bawah kakinya. Umar tidak membeli untuk dirinya sendiri seekor hewan atau pakaian dari kas negara karena mementingkan dirinya daripada kaum Muslim yang lain. Umar tidak melebihkan pemberian untuk dirinya sendiri, namun dia membagi antara dirinya dan rakyat secara sama. Ketika salah satu dari mereka berterima kasih padanya, dia marah dan berkata: “Mereka yang kami berikan hak-haknya, tidak boleh mereka berpikir bahwa itu adalah bantuan dari kami atas mereka.”
Kebenaran yang harus disadari oleh rakyat Mesir adalah bahwa kekayaan negara mereka dan sumber dayanya sangat besar, bahkan dengan perbatasan nasionalnya saja, di mana satu sumber dayanya cukup untuk membuat tidak ada satu pun orang miskin yang tersisa di Mesir, serta cukup dengan mengeksploitasi daerah suburnya dan memanfaatkan tenaga anak-anak mudanya yang terbuang agar Mesir bisa mandiri dan tidak mengimpor apapun dari makanannya, melainkan akan mengekspor gandum, beras, dan lainnya ke dunia, belum lagi minyak, gas, emas dan mineral lainnya, selain pendapatan Terusan Suez, tanpa mempertimbangkan pajak, bea cukai dan bea yang dipungut dari masyarakat, dan itu tidak boleh diambil darinya, karena itu sebenarnya adalah sumber daya atau pendapatan utama untuk rezim yang bangkrut secara intelektual dan administratif. Jadi, rezim ini tidak ada solusi nyata selain tongkatnya yang keras untuk memukul mereka yang mulai menolak keputusannya yang menjadi sumber bencana. Sebenarnya krisis Mesir bukanlah kemiskinan, melainkan ada dalam sistem yang diterapkan selama beberapa dekade bahwa Mesir tidak pernah melihat kondisi lebih buruk atau serupa dengannya sejak penaklukan Islam yang membebaskan Mesir dan rakyatnya dari perbudakan orang Romawi dan penjarahan mereka atas kekayaannya, seperti yang dilakukan Barat dan anteknya sekarang.
Ketika Sisi berkata dengan merespon keadaan sebelumnya dan berkata: “Kami sangat miskin”, hal ini menekankan bahwa dia menggambarkan penyakit dan seolah-olah kemiskinan adalah cacat atau penyakit yang harus disembuhkan, sedangkan kemiskinan adalah efek dari penyakit nyata yang menimpa umat secara keseluruhan, bukan Mesir saja, yaitu akibat ketiadaan otoritas umat dan negaranya, sehingga memungkinkan Barat dan aturan kapitalismenya serta anteknya yang berkuasa.
Inilah yang membuat Barat dapat menjarah kekayaan dan berbagai potensinya, serta membuat negara tetap dalam ketergantungannya untuk jangka waktu yang sangat lama. Jadi, mengetahui penyakit adalah cara terdekat untuk mengetahui pengobatannya. Obat untuk Mesir dan umat pada umumnya adalah mencabut kapitalisme dalam segala bentuknya yang telah menipu masyarakat dengannya, juga mencabut segala alatnya yang menjalankan dan menerapkannya pada rakyat, yaitu para penguasa antek dan kroninya, serta membebaskan sepenuhnya dari ketergantungan pada kaum kafir Barat penjajah dalam segala bentuk dan perwujudannya, lalu mengganti dengan satu-satunya sistem yang mampu memberikan pelayanan, sistem yang menjamin kecukupan rakyat, kesejahteraan dan kemakmurannya berdasarkan hukum dan undang-undang yang mewajibkan negara untuk memberikan pelayanan yang sebenarnya kepada rakyat, dalam negara yang menerapkan Islam kepadanya di dalam negeri, dan mengemban Islam ke seluruh dunia sebagai risalah, petunjuk dan rahmat, yang dengannya Allah SWT mengeluarkan manusia dari kegelapan kapitalisme menuju cahaya Islam. Ya Allah, persiapkan untuknya dan untuk para pengemban dakwahnya penolong (anshār) yang terhormat, seperti kaum Anshar kemarin, yang dengan mereka Islam dan pemeluknya menjadi mulia. Ya Allah, percepatlah dan jadikan Mesir ibu kotanya, serta jadikan kami di antara tentara dan para pelaku sejarahnya.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (TQS. Al-Anfal [8] : 24). [Al-Ustadz Said Fadil – Anggota Kantor Media Hizbut Tahrir Wilayah Mesir]
Sumber: alraiah.net, 21/04/2021.