Isu Radikalisme untuk Gebuk Kelompok Islam Kaffah dan Oposisi
Mediaumat.news – Pengamat Sosial Politik Iwan Januar mengatakan di Indonesia isu radikalisme dipakai untuk menggebuk kelompok yang ingin menegakkan Islam kaffah dan kelompok oposisi.
“Di Indonesia, isu radikalisme juga dipakai selain sebagai alat untuk menggebuk kelompok-kelompok Islam yang ingin menegakkan Islam kaffah, juga sebagai alat untuk menggebuk kelompok oposisi yang kita bisa melihat notabene sekarang kelompok oposisi kebanyakan dari tokoh-tokoh Islam,” ujarnya dalam acara Kabar Siang, Jumat (16/4/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Iwan, isu radikalisme ini memang menjadi dagangan Barat untuk terus menyudutkan Islam. Karena Barat melihat ancaman setelah perang dingin berakhir selain dari Cina adalah Islam.
Maka, kata Iwan, dimunculkanlah isu-isu radikalisme kepada umat Islam yang tujuannya adalah sebuah stigma atau cap negatif kepada Islam. Sehingga dengan adanya stigma radikalisme itu diharapkan membuat masyarakat dunia mengawasi Islam. Sedangkan umat Islam ditargetkan untuk melepaskan keterikatannya kepada ajaran Islam.
“Nah ini kemudian diproduksi dan kemudian diekspor ke berbagai macam negara khususnya negeri-negeri Islam seperti misalnya Indonesia,” bebernya.
Iwan menegaskan, tudingan segelintir orang bahwa akidah Islam itu melahirkan radikalisme adalah fitnah yang sangat keji, kotor dan tidak masuk di akal.
Iwan menilai, apabila kemudian umat Islam ramai-ramai melepaskan akidah Islamnya karena adanya tudingan itu, maka ini sangat berbahaya. Sebab akidah Islam itu adalah pondasi kehidupan bagi setiap Muslim yang memberikan pandangan hidup. Dan pandangan hidup yang diberikan Islam itu adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.
“Nah bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW ini datang membawa ajaran yang mereka tudingkan radikal?” ucapnya retoris.
Ia melihat, ada dua agenda pendangkalan akidah Islam agar kaum Muslim memahami akidah sebatas kulit luarnya saja. Kalau akidahnya sudah dangkal, maka akan mudah dimasuki dengan paham yang mereka inginkan, di antaranya:
Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan), hal ini dimaksudkan agar kaum Muslim bermuamalah tidak berdasarkan Islam. Sehingga ujung-ujungnya terkait ekonomi boleh menggunakan riba.
Pluralisme, paham ini dimunculkan agar umat Muslim ini mengakui bahwa semua agama itu benar, semua agama itu sama dan tuhannya juga sama.
Liberalisme dan sinkretisme (paham kebebasan dan paham perpaduan berbagai paham/keyakinan). Jadi nanti orang akan bebas beragama, bebas tidak beragama, dan bebas murtad.
“Nah kalau sudah lepas dari dasarnya dari asasnya, ambruk sudah kaum Muslimin,” pungkasnya.[] Agung Sumartono