KLB Demokrat, Ada Kekuatan Kekuasaan di Belakang Ketum Terpilih?
Mediaumat.news – Aktivis 98 Agung Wisnuwardana menduga ada kekuatan kekuasaan di balik terpilihnya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat.
“Saya menduga bahwa keberanian yang muncul dalam KLB kemudian mengangkat Moeldoko, saya menduga ada kekuatan kekuasaan di belakangnya,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Sabtu (6/3/2021).
Agung menilai, secara logika harusnya malu dan mundur dari proses. “Logika yang diambil harusnya malu. Kemudian, mundur tidak meneruskan proses. Tapi luar biasanya ini, di tengah publik melihatnya tidak etis, tetap melangkah dengan beraninya sampai ke KLB itu. Ini semakin menguatkan bahwa ada dugaan kekuatan kekuasaan di balik itu semua,” ujarnya.
Pola Oligarki
Ia membaca, bukan hanya dari perspektif rezim sekarang saja, tetapi rezim kekuasaan demokrasi dengan polanya yang sudah oligarki ini memang membuat kondisi itu jadi tidak sehat. “Karena pengaruh-pengaruh oligarki itu kuat, sehingga kepentingan oligarki itu bisa mengalahkan apa pun. Ini kan cukup menarik. Ibarat modal, ini modalnya kecil tetapi kok berani? Dan berani menantang sambil berucap ‘Ya kita putuskan di pengadilan’,” tandasnya.
Pada akhirnya, lanjut Agung, di pengadilan akan terjadi bargaining. “Ibarat orang kalau ngomong, ‘Di belakangku ada kekuasaan, Lo mau apa? Lo, bisa menang apa?’.
Menurut Agung, ada dua kemungkinan, pertama, kalau nanti Menkumham mengesahkan hasil KLB maka dugaan ada kekuasaan di belakangnya itu cukup beralasan. Atau yang kedua, bisa muncul apa yang disebut ‘islah’.
“Namun bahasa saya bukan ‘islah’ tetapi kompromi. Dan kompromi ini logika juga yang sangat mungkin dalam demokrasi. Artinya kalau kita ingin bicara pola oligarki di Indonesia, enggak ada yang benar-benar musuhan,” ujarnya.
Karena, menurutnya, apa yang disebut sebagai “prinsip gotong royong” itu maknanya sama-sama dapat kue kekuasaan. “Bisa jadi Partai Demokrat menempuh kompromi atau tetap fight melakukan perlawanan terhadap dugaan tirani kekuasaan,” ungkapnya.
Jiwa Ksatria
Ia berharap Partai Demokrat punya jiwa ksatria dan berani melawan dugaan tirani kekuasaan. “Jangan berhenti melawan bersama pihak-pihak yang berani mengkritisi kekuasaan,” tegasnya.
Menurutnya, seharusnya posisi partai menjadi satu sarana untuk melakukan kritik pada kekuasaan agar kekuasaan itu jadi lurus. “Itu yang penting untuk dipahami,” ujarnya.
Jadi, ia melihat pilihannya tinggal tiga. Pertama, dimenangkan Menkumham, yang berarti di belakang Moeldoko dan KLB Sumatera Utara ini ada dugaan kekuasaan yang bermain.
Kedua, bisa jadi kompromi karena kalau melihat pola oligarki di Indonesia tidak ada yang bermusuhan beneran. “Sebagaimana kasus permusuhan 01 dan 02 bahkan sampai ada yang meninggal pun ujung-ujungnya kompromi,” ungkapnya.
Ketiga, bisa jadi ada perlawanan. Namun, Agung melihat, poin yang ketiga ini agak kecil peluangnya di tengah konteks Indonesia yang seperti ini.
Ia berharap Partai Demokrat benar-benar fight, memposisikan diri untuk berani melawan tirani kekuasaan.
“Harapan saya Partai Demokrat harusnya memilih yang berani karena posisi partai politik itu harusnya bukan sekadar meraih angka kemenangan election tetapi idealitas dari sebuah gagasan dan cita-cita mulia partai untuk kepentingan rakyat. Itu jauh lebih penting daripada sekadar election,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it