Meski Presiden Berganti, Islam Tetap Dianggap Ancaman Potensial Amerika
Mediaumat.news – Menanggapi kemenangan Joe Biden dalam pilpres Amerika dan pengaruhnya terhadap dunia Islam, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menilai kebijakan yang diambil akan tetap sama yaitu menganggap Islam sebagai ancaman potensial bagi hegemoni Amerika.
“Artinya, Islam ini memang jadi ancaman potensial bagi hegemoni Amerika, maka muncul berbagai strategi Amerika untuk bisa meredam atau setidaknya menjadikan Islam itu sejalan,” ujarnya dalam acara Live Fokus: Kemenangan Biden dan Kebijakan AS terhadap Dunia Islam, Ahad (29/11/2020) di kanal YouTube Khilafah Channel.
Menurut Budi, pasca runtuhnya Uni Soviet muncul pemikiran tentang apa ancaman utama Amerika? Maka sejak itulah kajian-kajian mulai dilakukan, salah satunya apa yang ditulis oleh Samuel P Huntington dalam tesisnya yaitu Clash of Civilizations. Bahwa Islam memang menjadi ancaman potensial bagi hegemoni Amerika.
Selain itu tambah Budi, rekomendasi Rand Corporation terhadap pemerintah Amerika untuk membangun jaringan dengan Muslim moderat karena memang tidak ada lagi yang menjadi potensi ancaman bagi Amerika kecuali kebangkitan Islam secara ideologis.
Ia mengingatkan, bagaimana pengalaman Barat berhadapan dengan Islam pada masa lalu saat Perang Salib dan bagaimana dulu Kekhilafahan Turki Utsmani menjadi salah satu negara adidaya untuk menghadapi kolonialisme Barat. Hal itu menjadi catatan penting bagi peradaban yang diusung oleh Amerika untuk kemudian meredam kebangkitan Islam.
Budi menganggap siapa pun yang menang dalam pilpres Amerika apakah itu dari partai Demokrat, partai Republik sikapnya akan sama yaitu melanjutkan strategi yang direkomendasikan oleh Samuel P Huntington, tergantung gaya kepemimpinannya apakah keras seperti George Bush atau lunak seperti Barack Obama.
Ia melihat para politis Muslim yang masuk di kancah politik Amerika hanya memberikan pengaruh yang kecil bagi dunia Islam kalau dibandingkan dengan lobi Yahudi, misalnya terkait dengan Palestina.
Menurutnya, lobi Yahudi itu lebih ke jaringan, mereka dalam satu pola gerak yang sama untuk kepentingan orang-orang Yahudi yang ada di Amerika, juga di Israel. Sedang para politisi Muslim tersebut lebih ke personal ditambah Dunia Islam sendiri saat ini terpecah-belah.[] Agung Sumartono