Kemenangan Biden Berpotensi Memecah Amerika

 Kemenangan Biden Berpotensi Memecah Amerika

Setelah menunggu lama, Biden akhirnya dinyatakan sebagai Presiden Amerika yang membuat Trump ketakutan. Trump menyindir bahwa Biden telah mencuri pemilu. Sementara para senior Partai Republik menjauhkan diri dari upaya Trump untuk tetap menjabat. Dalam hal ini, Biden berjanji “akan menjadi presiden yang berusaha untuk tidak memecah belah, tetapi menyatukan” (nbcnews.com, 8/11/2020). Akankah pesan Biden tentang persatuan dan penyembuhan ini didengarkan?

Di pusat pemenangan pemilunya, Biden berbicara kepada kerumunan pendukungnya dan berkata, “untuk membuat kemajuan, kita harus berhenti memperlakukan lawan kita sebagai musuh kita. Mereka bukanlah musuh kita. Mereka orang Amerika”. “Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penyembuhan di Amerika,” imbuhnya. Biden juga berjanji akan “bekerja dengan sepenuh hati untuk mendapat kepercayaan semua rakyat dan masyarakat” (nbcnews.com, 8/11/2020).

Ketika kata-kata luhur Biden dihadapkan dengan basis Republik—yang ternyata dalam jumlah besar memilih kepentingan demagog Trump—tampak penyembuhan rakyat Amerika seperti ingatan yang memudar. Pendukung Trump menghindari fakta berbasis sains tentang Covid-19, menganut nilai-nilai supremasi kulit putih, memandang masalah kehidupan kulit hitam sebagai masalah hukum dan ketertiban dan sangat percaya pada teori konspirasi. Hampir 50% basis Republik percaya pada QAnon, di mana Trump adalah sosok penyelamat untuk membasmi jaringan perdagangan seks anak setan rahasia yang dijalankan oleh politisi dan selebriti Demokrat (usatoday.com, 6/11/2020).

Tetapi kekuatan pendorong utama di belakang para pemilih Republik adalah keinginan untuk melindungi nilai-nilai Kristen yang sudah mengakar dari serangan nilai-nilai liberal yang diperjuangkan oleh Demokrat. Penginjil Kristen merupakan 20% dari pemilih AS dan memiliki bobot yang signifikan di negara bagian barat tengah, serta negara bagian ayunan (negara bagian medan tempur). Jajak pendapat menunjukkan bahwa 75% kaum Evangelis kulit putih memilih Trump tahun ini, dibandingkan dengan 81% empat tahun lalu. Pada umumnya, kaum Evangelis yang didukung oleh penunjukan Mahkamah Agung Trump baru-baru ini telah menguatkannya (theguardian.com, 6/11/2020). Jurang pemisah yang dalam antara konservatif dan liberal ini bukanlah hal baru, dan sejak tahun 1980-an telah menjadi begitu jelas sehingga Demokrat dan Republik tidak dapat lagi bekerja sama di Washington—politik terpecah di sepanjang garis patahan ideologis.

Di Amerika pasca-Trump, Covid-19 pasti akan semakin mempercepat pemisahan antara konservatif dan liberal, karena ketidaksetaraan terus merambah semua aspek masyarakat Amerika. Ketidaksetaraan ekonomi saja akan memaksa banyak negara liberal seperti California dan mereka yang berada di Pantai Timur untuk mempertanyakan apakah kontribusi pajak mereka kepada pemerintah federal akan memperkuat negara bagian Republik yang dililit utang untuk mengklaim supremasi nilai konservatif di atas nilai liberal.

Dengan latar belakang ini, sulit untuk melihat bagaimana kemenangan Biden akan menyembuhkan rakyat Amerika. Biden, seperti para pendahulunya, akan bekerja untuk memastikan supremasi liberalisme baik di dalam maupun luar negeri, dan ini kemungkinan besar akan memicu bentrokan kekerasan antara kaum konservatif dan liberal—yang berpotensi menyebabkan perpecahan permanen politik dan masyarakat Amerika. Tidak diragukan lagi, ini akan menyebabkan kontraksi keunggulan Amerika di seluruh dunia, dan memberikan peluang kepada negara-negara besar lainnya untuk memanfaatkan keadaan domestik Amerika.

Jika tren seperti itu terus berlanjut, maka dukungan Amerika untuk para tirani di negeri-negeri Islam akan berkurang. Sehingga keadaan ini akan mendorong mereka yang berjuang mengembalikan hukum-hukum Allah untuk melipatgandakan usaha mereka dalam menegakkan negara Islam (Khilafah). Namun banyak orang di negeri-negeri Islam yang tidak hanya gagal untuk melihat implikasi dari kemenangan Biden, tetapi juga tetap kalah dalam prospek apapun untuk kebangkitan Islam. [Abdul Majid Bahati]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 11/11/2020.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *