Adakah Negara yang Mampu Menandingi Amerika Serikat?
Oleh: Taufik S. Permana (Geopolitical Institute)
Kegeraman masyarakat dunia sepertinya semakin memuncak atas keberpihakan Amerika Serikat (AS) secara terang-terangan terhadap aksi brutal Israel di Gaza semakin membuka mata dunia, AS memang telah gelap mata untuk mendukung Israel dengan membabi buta. Trump, sang presiden yang awalnya memberikan harapan besar bagi rakyat AS, ternyata menunjukkan belangnya. Ia adalah pendukung berat Israel. Hal ini memang tidak terlepas dari kenyataan, bahwa setiap presiden AS, siapa pun, selalu menjadi pembela Israel.
Hari ini tampaknya sebagian u at Islam bertanya-tanya, apakah mereka mampu menghentikan kezaliman AS? Untuk dapat mengalahkan Amerika Serikat, negara yang telah berdiri haruslah menjadi negara yang dapat menandingi Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat adalah negara ideologis, maka Amerika hanya bisa dikalahkan oleh negara ideologis. Tentu bukan negara yang berbasiskan ideologi Sosialisme. Sebab, walau pernah ‘menandingi’ Amerika Serikat, pengemban utama Sosialisme, yakni Uni Sovyet, akhirnya runtuh juga.
Karena itu, yang bisa diharapkan muncul sebagai kekuatan untuk mengalahkan Amerika Serikat adalah Dunia Islam. Pasalnya, hanya Dunia Islamlah saat ini yang memiliki seluruh potensi untuk menghentikan hegemoni Amerika Serika. Pertama: Potensi ideologis. Islam sebagai ideologi kaum Muslim menjadi potensi kuat untuk menandingi ideologi Kapitalisme yang diemban Amerika Serikat. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Samuel Huntington dalam bukunya, The Clash of Civilitation and the Remaking of World Order. Dalam bukunya itu, Huntington menulis, “Problem mendasar bagi Barat bukanlah Fundamentalisme Islam, tetapi Islam sebagai sebuah peradaban yang penduduknya meyakini ketinggian kebudayaan mereka dan dihantui oleh rendahnya kekuataan mereka.”
Kedua: Potensi geografis. Kaum Muslim secara geografis menempati posisi yang strategis jalur laut dunia. Mereka mengendalikan Selat Gibraltar di Mediterania Barat, Terusan Suez di Mediterania Timur, Selat Bab al-Mandab yang memiliki teluk-teluk kecil di Laut Merah, Selat Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, serta Selat Hormuz di Teluk. Selat Malaka merupakan lokasi strategis di Timur Jauh. Dengan menempati posisi yang strategis ini, kebutuhan masyarakat internasional akan wilayah kaum Muslim pastilah tinggi mengingat mereka harus melewati jalur laut strategis tersebut.
Ketiga: Potensi SDA. Negeri-negeri Islam dianugerahi Allah Swt. Dengan kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa jumlahnya. Negeri-negeri Islam dikenal sebagai wilayah yang subur. Sumberdaya alam kedua yang penting adalah bahan mentah. Dunia Islam mengendalikan cadangan minyak dunia (60%), boron (40%), fosfat (50%), perlite (60%), strontium (27%), dan timah (22%). Di antara bahan mentah tersebut, minyak memiliki posisi yang sangat strategis. Kekuatan minyak ini pernah ditunjukkan oleh negeri-negeri Arab dalam embargo minyak tahun 1973-1974 terhadap negara-negara Barat. Embargo tersebut mampu menimbulkan keguncangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa saat itu.
Keempat: Potensi jumlah penduduk. Kalaulah umat Islam bersatu di seluruh dunia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah, jumlah penduduknya tentu sangat luar biasa. Saat Dunia Islam masih “tidur” saja jumlah penduduknya lebih kurang 1 miliar atau 20% dari populasi dunia.
Kelima: Potensi militer. Harus diakui bahwa saat ini industri militer Dunia Islam dalam keadaan mundur bahkan mengalami ketergantungan terhadap musuh-musuhnya. Akan tetapi, secara kuantitas jumlah pasukan militer di Dunia Islam sangat besar. Seandainya, dari satu miliar penduduk Dunia Islam direkrut 1 %-nya saja akan didapat 10 juta tentara. Karena itu, dapat dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negara, apalagi negara yang bersifat internasional seperti Daulah Khilafah Islamiyah.
Itulah beberapa potensi besar yang dimiliki oleh umat Islam saat ini. Dengan potensi ideologis dan faktor-faktor penunjang tersebut, umat Islam berpeluang kembali untuk menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar dan dahsyat, yang akan mampu mengimbangi, bahkan menghancurkan hegemoni Amerika Serikat saat ini. Hal itu hanya mungkin terjadi jika kaum Muslim berada dalam satu institusi yang menjadi naungannya, yakni sistem Islam.[]