30 Menit Yang Berarti

 30 Menit Yang Berarti

Oleh ustadz Felix Siauw

Istri saya tertegun begitu mendekati tempat kajian. Jalan menuju Masjid Al-Firdaus di Imogiri Jogja itu dipenuhi penjagaan di tiap sudut-sudutnya, kiri dan kanan jalan.

Mereka berbadan besar, tegap, dengan janggut terpelihara, dengan peci dan surban khas mujahid Gaza, terkadang terlihat samar tato yang masih melekat pada mereka.

Tapi mereka bukan penjahat, jauh dari itu. Mereka barisan hijrah yang Allah beri kebaikan di jalan Islam. Anak-anak jalanan yang Allah muliakan kekuatannya di jalan taat.

Sesampai di Masjid, kondisi tak kalah heroik, mereka katakan bersatunya Laskar di Solo saat kajian kemarin menginspirasi mereka untuk menunjukkan yang sama di Jogja.

Jogja lebih dari istimewa kali ini. Kedatangan saya disambut takbir oleh laskar-laskar berbagai gerakan yang bersatu hari itu, ukhuwah yang tak terganti dengan apapun.

Sebelumnya kajian saya yang sedianya direncanakan di Masjid Syuhada Jogja dibatalkan sebab ancaman dan intimidasi ormas tertentu, namun Allah ganti lebih baik.

Masjid itu penuh sesak oleh aktivis dakwah, ibu-ibu pengajian, bapak-bapak yang rindu persatuan Islam. Ustadz Solihuddin memberitahu saya, ini pertama terjadi di Jogja.

MasyaAllah, berkumpulnya gerakan-gerakan Islam seluruh elemen, Allah satukan hati mereka, Allah berikan kenikmatan bersaudara, cinta pada Allah mengatasi segala.

Hari itu Allah berikan nikmat pada saya, apa yang selama ini saya rindukan sejak masuk Islam, persatuan gerakan-gerakan Islam, bergerak hanya karena mencintai dakwah.

Memiliki cara dakwah masing-masing, namun tetap sama dalam ukhuwah, mencintai sesama Muslim sebab mereka punya syafaat atas kita di yaumil qiyamah, Ya Rabb.

Barisan @KokamIndonesia diatur berlapis di hadapan saya, disampingnya laskar MMI, FPI, FJI , GPK, dan FUI duduk rapi menyiapkan diri mendengarkan kajian.

Hari itu saya hanya dibolehkan memberi kajian 30 menit, itupun setelah alot dari “hanya 7 menit” dibolehkan. Demi ukhuwah, laskar-laskar Jogja menunjukkan kesabaran.

Tapi itulah 30 menit yang sangat berarti dalam hidup saya, selama itu saya menahan airmata saya, terharu menyaksikan bersatunya ummat, kebersamaan karena Allah.

Dakwah ini takkan pernah terhenti. Allah punya cara untuk menyatukan hati-hati para pengemban dakwah. Kita hanya bisa berharap, kita termasuk salah satunya. []

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *