Renungan 1442 H: Dunia Islam Tidak Butuh Kapitalisme dan Kepemimpinan Yang Korup Dan Pengecut

 Renungan 1442 H: Dunia Islam Tidak Butuh Kapitalisme dan Kepemimpinan Yang Korup Dan Pengecut

Oleh: Hadi Sasongko (Direktur POROS)

Kembali umat Islam memasuki tahun baru Hijrah: 1442 H. Tentu, bukan tanpa arti Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. menjadikan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah sebagai awal penanggalan dalam Islam. Hijrahnya Rasulullah saw. adalah peristiwa besar; awal dari berdirinya sebuah kepemimpinan baru dengan sistem yang baru; awal berdirinya sebuah negara baru yang menjadi tonggak peradaban baru dunia. Inilah pesan politik penting dari peristiwa hijrah Rasulullah saw.: hijrah dari sistem Jahiliah menuju sistem Islam.

Kepemimpinan baru ini dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.; pemimpin yang amanah dan bertakwa kepada Allah Swt., kuat namun lemah lembut dalam melayani rakyat. Kekuatan negara baru ini bukan hanya terletak pada kepemimpinannya, tetapi juga pada sistem yang diterapkannya; sebuah sistem yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta; sebuah sistem sempurna yang didasarkan pada akidah Islam dan syariah Islam sebagai standar utamanya.

Kepemimpinan baru ini menggantikan kepemimpinan yang korup, lemah, dan menzalimi rakyat; sekaligus menggantikan sistem Jahiliah yang tidak manusiawi dan menyengsarakan rakyat. Sistem baru ini kemudian menjadi negara adidaya dunia yang disegani, Daulah Khilafah Islamiyah, yang menjadi pusat peradaban dunia.

Pesan politik inilah yang seharusnya kita pahami saat memasuki tahun baru Hijrah. Sebagaimana pada masa Rasulullah saw., perubahan mendasar akan terjadi kalau terjadi perubahan kepemimpinan dan sistemnya. Ini pula yang akan memberikan solusi terhadap berbagai persoalan Dunia Islam, bahkan dunia, saat ini.

Kita tahu, dunia di bawah kepemimpinan dan sistem Kapitalisme telah membawa bencana kemanusiaan yang luar biasa: kemiskinan global, ketimpangan negara maju dan Dunia Ketiga, pembunuhan massal atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme di Suriah, Irak dan Afganistan, perampokan kekayaan alam Dunia Ketiga yang memiskinkan rakyat mereka, kejahatan yang meluas dan krisis spiritual. Semua ini merupakan buah busuk dari sistem yang busuk ini. Untuk itu, saatnya umat Islam bangkit dan berubah ke arah persatuan dan perbaikan.

Walhasil kita butuh sistem yang bisa melenyapkan penjajah dan penjajahan. Sistem bisa memenuhi seluruh kebutuhan dasar rakyatnya. Kekayaan alam dari tambang emas, minyak dan perak yang merupakan pemilikan umum akan digunakan oleh negara untuk kepentingan rakyat. Sebab, semua itu memang milik rakyat.

Kita butuh peran negara juga akan menghapus sistem pendidikan kapitalis yang amburadul dan hanya melahirkan generasi sekular dan materialistis sekaligus menggantinya dengan sistem pendidikan Islam yang khas bagi seluruh rakyat, secara merata dan gratis. Negara juga akan membagikan tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun kepada para petani. Dengan prinsip ihya’ al- mawat (menghidupkan tanah), negara akan mengambil dari siapapun tanah yang selama tiga tahun tidak produktif dan memberikannya kepada rakyat untuk dikelola.

Kita butuh sistem yang akan melenyapkan sistem peradilan yang ada, yang telah dirancang oleh penjajah; menggantinya dengan peradilan Islam yang bisa mewujudkan rasa keadilan tanpa pungutan biaya perkara.

Kita butuh pemimpin dan sistem yang Allah SWT ridha kepada kepada kita semua.[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *