Hukum Menegakkan Khilafah dan Mengangkat Seorang Khalifah Adalah Wajib Bagi Kaum Muslim

 Hukum Menegakkan Khilafah dan Mengangkat Seorang Khalifah Adalah Wajib Bagi Kaum Muslim

Oleh: Boedihardjo, S.H.I.

Bahwa pendapat seluruh ulama’ kaum Muslim, dari berbagai mazhab, baik Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah, Murji’ah, Khawarij, maupun Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali, Dhahiri dan Zaidi. Dari zaman dulu hingga sekarang. Semuanya sepakat, bahwa hukum menegakkan Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah adalah wajib bagi kaum Muslim. Jika ada yang mengatakan tidak wajib, maka meminjam ungkapan Imam al-Qurthubi, itu adalah orang tuli, seperti al-Asham, dari Sekte Muktazilah, dan an-Najadat, dari Sekte Khawarij. Mereka ini merupakan kelompok sempalan.

Pendapat mereka, antara lain, sebagai berikut:

Al-Imam al-Mawardi (w. 450 H), dari mazhab Syafii, menyatakan:

وَعَقْدُهَا لِمَنْ يَقُوْمُ بِهَا وَاجِبٌ بِالْإجْمَاعِ وَإِنْ شَذَّ عَنْهُمُ اَلْأَصَمُّ

“Melakukan akad Imamah (Khilafah) bagi orang yang [mampu] melakukannya, hukumnya wajib berdasarkan Ijma’, meskipun Al Asham menyalahi mereka (ulama) [dengan menolak wajibnya Khilafah].” (Lihat, al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniy-yah, hal. 5).

Ibn Hazm (w. 456 H), dari mazhab Dhahiri, berkata:

إتَّفَقَ جَمِيْعُ أهْلِ السُنَّةِ وَجَمِيْعُ الْمُرْجِئَةِ وَجَمِيْعُ الشِيْعَةِ وَجَمِيْعُ الْخَوَارِجِ عَلَى وُجُوْبِ اْلإمَامَةِ….

“Telah sepakat semua Ahlus Sunnah, semua Murji’ah, semua Syi’ah, dan semua Khawarij mengenai wajibnya Imamah (Khilafah)…” (Lihat, al-Fashlu fi al-Milal wa Ahwa’ wa an-Nihal, Juz IV/87).

وَاتَّفَقُوْا أَنَّ الْإِمَامَةَ فَرْضٌ وَأَنَّهُ لاَ بُدَّ مِنْ إِمَامٍ حَاشَا النَّجْدَاتِ…

“Mereka (ulama) telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah) itu fardhu dan bahwa tidak boleh tidak harus ada seorang Imam (Khalifah), kecuali an-Najadat…” (Lihat, Ibn Hazm, Maratib al-Ijma’, hal. 207).

Al-Imam Abu Ya’la al-Farra’ (458 H), mazhab Hambali, mengatakan:

نَصْبَةُ اْلإِمَامِ وَاجِبَةٌ وَقَدْ قَالَ أَحْمَدُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِيْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ ابْنِ عَوْفِ بْنِ سُفْيَانَ الْحِمْصِيِّ ” ألْفِتْنَةُ إذَا لَمْ يَكُنْ إمَامٌ يَقُوْمُ بِأَمْرِ النَّاسِ.

“Mengangkat seorang Imam (Khalifah) hukumnya wajib. Imam Ahmad RA dalam riwayat Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan al-Himshi berkata, “Adalah suatu ujian, jika tak ada seorang Imam (Khalifah) yang menegakkan urusan manusia.” (Lihat, Abu Ya’la Al Farra’, al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm. 19).

Al-Qahir al-Baghdadi (w. 469 H), mazhab Ahlussunnah, mengatakan:

وَقَالُوْا فِي الرُّكْنِ الثَّانِيْ عَشَرَ الْمُضَافِ إِلىَ الْخِلاَفَةِ وَاْلإِمَامَةِ: إِنَّ اْلإِمَامَةَ فَرْضٌ وَاجِبٌ عَلىَ اْلأُمَّةِ، لِأَجْلِ إِقَامَةِ اْلإِمَامِ يَنْصِبُ لَهُمُ الْقُضَاةَ وَاْلأُمَنَاءَ، وَيَضْبَطُ ثُغُوْرَهُمْ، وَيُغْزِيْ جُيُوْشَهُمْ، وَيَقْسِمُ اْلفَيْءَ بَيْنَهُمْ، وَيَنْتَصِفُ لِمَظْلُوْمِهِمْ مِنْ ظَالِمِهِمْ

“Mereka [ulama Ahlus Sunnah] berkata mengenai rukun ke-13 yang disandarkan kepada Khilafah atau Imamah, bahwa Imamah atau Khilafah itu fardhu atau wajib atas umat Islam, agar Imam dapat mengangkat para hakim dan orang-orang yang diberi amanah, menjaga perbatasan mereka, menyiapkan tentara mereka, membagikan fai’ mereka, dan melindungi orang yang didzalimi dari orang-orang yang dzalim.” (Lihat, Abdul Qahir al-Baghdadi, al-Farqu Baina al-Firaq, Juz I/340).[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *