Membantah Klaim Pluralis
Oleh: Muhammad Amin, dr, M. Ked. Klin.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar mengimani Allah, Hari Akhir dan beramal salih, maka tidak perlu ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (QS al-Maidah [5]: 69).
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
Sesungguhnya orang-orang Mukmin, Yahudi, Shabiin dan Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar mengimani Allah, Hari Akhir dan beramal salih, maka mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka (QS al-Baqarah [2]: 62).
Kaum pluralis menyatakan, dua ayat ini dengan sangat jelas menyatakan bahwa Islam mengakui kebenaran agama-agama selain Islam, bahkan mereka juga memiliki peluang yang sama untuk masuk ke dalam surga-Nya.
Sesungguhnya kedua ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan penganut agama lain yang ada pada saat ini. Sebab, topik yang diperbincangkan ayat tersebut adalah umat-umat terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw. diutus. Ayat-ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa umat-umat terdahulu—baik Yahudi, Nasrani, Shabiin—yang taat pada ajaran agama dan Rasul-Nya akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
Dua ayat di atas tidak menunjukkan pengertian bahwa pemeluk agama lain yang ada pada saat ini juga memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke dalam surga-Nya, seperti halnya pemeluk agama Islam. Sebab, nash-nash al-Quran dan as-Sunnah dengan jelas menyatakan, bahwa setelah pengutusan Muhammad saw. seluruh manusia diperintahkan untuk meninggalkan agama mereka. Bahkan Islam telah menjelaskan kesesatan dan kekafiran semua agama yang ada pada saat ini; baik agama Yahudi, Nasrani maupun agama kaum musyrik (Budha, Hindu, Konghucu, dan lain-lain).
Ada baiknya kita menyimak penuturan ahli tafsir berikut ini. Menurut as-Sudi, ayat ini (QS al-Baqarah [2]: 62) turun berkenaan dengan para sahabat (para pendeta) Salman al-Farisi tatkala ia menceritakan kepada Nabi saw kebaikan-kebaikan mereka. Tatkala Salman selesai memuji para sahabatnya itu, Nabi saw. bersabda, “Salman, mereka termasuk ke dalam penduduk neraka.”
Selanjutnya Allah SWT menurunkan ayat ini. Lalu hal ini menjadi keimanan orang-orang Yahudi; yaitu, siapa saja yang berpegang teguh terhadap Taurat serta perilaku Musa as. hingga datangnya Isa as (maka ia selamat). Ketika Isa as. telah diangkat menjadi nabi, maka siapa saja yang tetap berpegang teguh pada Taurat dan mengambil perilaku Musa as., namun tidak memeluk agama Isa as., dan tidak mau mengikuti Isa as., maka ia akan binasa.
Demikian pula orang Nasrani. Siapa saja yang berpegang teguh pada Injil dan syariat Isa as. hingga datangnya Muhammad saw., maka ia adalah orang Mukmin yang amal perbuatannya diterima oleh Allah SWT. Namun, setelah Muhammad saw. datang, siapa saja yang tidak mengikuti Nabi Muhammad saw. dan tetap beribadah seperti perilaku Isa as. dan Injil maka ia akan mengalami kebinasaan.”
Imam Ibnu Katsir menyatakan, “Setelah ayat ini diturunkan, selanjutnya Allah SWT menurunkan surat (yang artinya): Siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima dan da di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Ali Imran [3]: 85).
Ibnu Abbas menyatakan, “Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada satu pun jalan (agama, kepercayaan, dll) ataupun perbuatan yang diterima di sisi Allah, kecuali jika jalan dan perbuatan itu berjalan sesuai dengan syariah Muhammad saw. Adapun, umat terdahulu sebelum Nabi Muhammad diutus, selama mereka mengikuti ajaran nabi-nabi pada zamannya dengan konsisten, mereka mendapatkan petunjuk dan memperoleh jalan keselamatan.”
Selain itu, Rasulullah saw. bersabda, “Demi Zat Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari manusia yang mendengar aku—Yahudi ataupun Nasrani—kemudian mati, sedangkan ia tidak mengimani apa saja yang diturunkan kepadaku, kecuali ia menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim dan Ahmad).[]