Skenario Amerika untuk Konflik Libya Memasuki Tahap Berikutnya dengan Menyerukan Intervensi Mesir
Menurut Aljazeera (18/7): Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) karena mendukung pasukan yang berbasis di Libya timur, setelah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi bertemu dengan anggota suku Libya yang mendesak Kairo untuk campur tangan dalam perang.
Turki telah memberikan bantuan militer kepada pemerintah yang diakui PBB dalam konflik Libya, sementara Mesir, UEA dan Rusia telah mendukung musuh-musuhnya dalam pemerintahan saingan yang berpusat di timur.
Beberapa minggu terakhir telah menyaksikan kemajuan militer yang dramatis oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli, yang mengusir pasukan komandan militer pemberontak timur, Khalifa Haftar yang melancarkan serangan terhadap Tripoli tahun lalu.
Legislator yang berbasis di Timur pekan ini meminta Mesir untuk campur tangan dalam konflik. El-Sisi bertemu dengan anggota suku Libya pada hari Kamis (16/7), dan mengatakan bahwa Mesir tidak akan diam dalam menghadapi ancaman langsung terhadap keamanan Mesir dan Libya.
Ditanya tentang kemungkinan intervensi Mesir, Erdogan mengatakan pada hari Jum’at (17/7) Turki akan mempertahankan dukungannya untuk Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).
“Langkah-langkah yang diambil oleh Mesir di sini, terutama keberpihakannya pada pemimpin kudeta Haftar, menunjukkan bahwa mereka dalam proses yang ilegal,” katanya. Dia juga menggambarkan pendekatan UEA sebagai “pembajakan”.
El-Sisi mengatakan bulan lalu bahwa tentara Mesir mungkin akan memasuki Libya jika pemerintah Tripoli dan sekutunya Turki memperbarui serangan terhadap garis depan pusat Sirte-Jufrah, yang dipandang sebagai pintu gerbang ke terminal ekspor minyak utama Libya, yang sekarang dipegang oleh sekutu Haftar.
Amerika telah berusaha selama hampir satu dekade untuk mengeksploitasi kejatuhan Qaddafi guna merebut kendali Libya dari Inggris, yang sebenarnya telah sepenuhnya mendukung rezim Qaddafi dan mendapat manfaat yang sangat besar dari minyak Libya, serta kepentingan geostrategisnya. Akan tetapi dengan kegagalan agen Amerika untuk mengkonsolidasikan kontrol Libya, membuat Amerika terlibat dalam inisiatif baru yang meniru rencana Amerika untuk Suriah, yang melibatkan agen-agen Amerika di kedua pihak yang terlibat konflik. Tahap pertama dari rencana ini telah rampung, dengan keberadaan Turki yang mendominasi bagian barat Libya. Sekarang ada seruan bagi Mesir untuk campur tangan di timur, sehingga hal ini akan membuat kebuntuan, dengan demikian Amerika akan bisa menyelesaikannya di meja perundingan antara kedua kekuatan.
Dengan izin Allah, umat Islam akan segera menggulingkan kelompok penguasa boneka ini, yang hanya melayani tuan mereka, kaum kafir Barat, dan mengorbankan kepentingan kaum Muslim demi mewujudkan kepentingan kaum kafir imperialis asing.
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 22/7/2020.