Akankah Pandemi Virus Corona Sinyal Berakhirnya Kapitalisme?
Saat ini, Kapitalisme tengah menghadapi mimpi buruknya sendiri. Meskipun virus Corona (Covid-19) ini dapat membunuh antara 1 persen hingga 4 persen dari mereka yang terinfeksinya. Namun hal itu akan berdampak terhadap ekonomi yang jauh lebih kompleks daripada yang terjadi pada tahun 1340 M., di mana pada saat itu geopolitik dalam kondisi yang jauh lebih rapuh, dan masyarakat sudah dicekam firasat atas perubahan iklim (aljazeera.com, 3/4/2020).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama tentang Tha’un, lalu beliau memberitahuku, “Tha’un itu merupakan azab yang Allau turunkan terhadap siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk orang-orang mukmin. Maka tidak ada seorang hamba pun yang tha’un menimpa, lalu dia berdiam di negerinya seraya bersabar mengharap ridha Allah, sedang dia tahu bahwa tidak ada yang akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuknya, kecuali untuknya semisal pahala syahid.”
Populasi dunia adalah sekitar 7,65 miliar. Para ahli percaya bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 adalah sekitar 1-3%. Pandemi ini tidak hanya melumpuhkan dunia saja, namun ia juga menumbangkan klaim-klaim kebaikan dan legitimasi Kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang cocok untuk umat manusia.
Sejumlah pemerintah di ambang peperangan, mereka terlambat mencari solusi, sementara para pekerja kesehatan yang berani dan tanpa pamrih melangkah ke belakang untuk membeli waktu guna bersiap menghadapi banjir bandang. Sedang sejumlah pemerintah kapitalis besar, berjuang antara melindungi ekonomi, (atau kekayaan dan kepentingan segelintir orang), atau kehidupan banyak orang, yang pada akhirnya, mereka meninggalkan Kapitalisme demi kebaikan solusi tambal sulam dalam upaya menjaga masyarakat agar tidak berantakan secara total.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama menerapkan sistem Islam, yaitu sistem yang selama lebih dari seribu tahun melindungi warganya, terutama yang lemah di tengah berbagai peristiwa, wabah, peperangan, dan krisis. Sistem Islam ini yang membantu komunitas di luar Khilafah termasuk kelaparan besar Irlandia. Ekonomi riil sistem Islam yang kuat tidak mengalami kerapuhan dan fluktuasi kapitalistik yang liar dan spekulatif. Sayangnya, tidak ada Amirul Mukminin untuk menjaga kita saat ini, khususnya saudara dan saudari kita yang terlantar, atau yang sedang tertindas, di Idlib, Palestina, Myanmar, Kashmir, India, Sri Lanka, dan Turkistan Timur—yang semuanya tidak berdaya.
Namun demikian, bahkan di tengah kesengsaraan global dan pengingat dari Allah ini, beberapa pencela dan pengacau sedang bekerja keras untuk mensekulerkan Islam. Mereka ingin kita lupa, bahwa Islam memiliki sistem yang unik, kuat dan kokoh yang dapat menyatukan dan melindungi kita. Sebaliknya, mereka ingin kita mundur ke dalam gua dan fokus pada ritual individualistik. Mereka meratapi hilangnya (sementara) masjid, dan kemungkinan melakukan tarawih di rumah. Akan tetapi, mereka tidak menangis tentang hilangnya Islam sebagai sistem dan metode hidup, serta berpaling dari perintah Allah subhānahu wa ta’āla, dan dari model pemerintahan, keadilan dan negara yang diterapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama.
Wabah ini harus menjadi pengingat dan peringatan, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS Al-Baqarah [2] : 208).
Bahwasannya wajib bagi seorang mukmin yang mukhlis untuk mengambil Islam secara keseluruhan, sebab Islam adalah agama yang sempurna dan komprehensif. Islam ini dibawa kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama yang berisi berbagai hukum ibadah, pemerintahan, dan mu’amalah, yang tercakum dalam metode kehidupan Islam, yang dapat diterapkan secara kafah melalui negara Khilafah. Dan hanya dengan metode kehidupan Islam ini saja umat akan terlindungi, dan seluruh dunia akan kembali diwarnai oleh keadilan ilahi. [Muhammad Hamzah]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 12/4/2020.