Khilafah Membawa Keadilan
Oleh: Abu Inas (Tabayyun Center)
إن الخلافة قادمة والعدل معها، عدل تحيى به الأرض بعد موتها، والخير لديها ينبت به الزرع ويدر به الضرع، سيستبدل وجه الأرض بعد جدبها وستنبت الرجال وتحتضن القادة وتعلو راية العقاب خفاقة على الروابي، تظلل الجيوش الزاحفة نحو المشارق فتعيدها إلى حضن أمها، إلى دمشق أو بغداد أو استانبول بل إلى القدس عقر دارها، وإلى المغارب فتزدهي بلبوس العزة والسيادة وتنفتح أبواب أوربا ليدخلها طارق بن زياد ثانية من بابها الغربي، ويشق محمد الفاتح طريقه ثانية من بابها الشرقي، وتأتي الخلافة الأرض تنقصها من أطرافها ويصدق وعد الله وتتحقق بشارة رسول الله وستبدو مواقف كبيرة ويسجل التاريخ ما سجله بالأمس عندما تسلم قيصر الروم هرقل كتاب محمد صلى الله عليه وسلم يدعوه فيه إلى الإسلام، قرأه فأقر بالهزيمة قائلاً: والله ليملكن ما تحت قدميّ هاتين، وغادر وهو يردد (سلام عليك يا سوريا سلام لا لقاء بعده).
“Sungguh Khilafah datang membawa keadilan. Keadilan yang menghidupkan kembali bumi sesudah matinya. Sedang kebaikan yang dimilikinya akan menumbuhkan tanaman, serta mengalirkan susu. Sehingga bumi yang sebelumnya gersang akan berubah menjadi bumi yang menumbuhkan para tokoh, mencetak para pemimpin, mengibarkan bendera al-uqab di atas kebesarannya, menaungi tentara yang bergerak menuju Timur lalu mengembalikannya ke pangkuan ibunya, yaitu ke Damaskus, Baghdad atau Istanbul, bahkan ke Al-Quds pusat negara Khilafah; juga bergerak menuju Barat lalu membekalinya dengan pakaian kemuliaan dan kedaulatan, membuka pintu Eropa agar Tariq bin Ziyad memasukinya kembali melalui pintunya yang di barat, dan Muhammad al-Fatih kembali membelah jalannya melalui pintunya yang di timur, sehingga Khilafah datang di seluruh penjuru bumi, membenarkan janji Allah, merealisasikan kabar gembira dari Rasulullah, akan memperlihatkan sebuah konstelasi besar, membuat catatan sejarah yang pernah dicatatnya kemarin ketika Caesar Romawi Heraclius menerima surat dari Muhammad saw yang berisi seruan untuk masuk Islam. Setelah membacanya, ia meyakini kekalahan dengan mengatakan: “Demi Allah, ia benar-benar akan memiliki apa yang ada di bawah kedua kakiku ini”. Kemudian ia pergi, dan ia pun berulang kali mengucapkan “Semoga kesejahteraan menyertaimu, wahai Suriah; kesejahteraan yang tidak ditemukan sesudahnya”.
وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَن يَكُونَ قَرِيبًا
“Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: ‘Kapan itu (akan terjadi)?’ Katakanlah: ‘Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (QS. Al-Isra’ [17] : 51).
يقول الإمام الماوردي في كتاب الأحكام السلطانية والولايات الدينية: أما بعد فإن الله جلت قدرته ندب للأمة زعيماً خلف به النبوة، وحاط به الملة، وفوَّض إليه السياسة، ليصدر التدبير عن دين مشروع، وتجتمع الكلمة على رأي متبوع، فكانت الإمامة أصلاً عليه استقرت قواعد الملة، وانتظمت به مصالح الأمة.
Imam al-Mawardi dalam kitab al-Ahkam as-Sulthaniyah wa al-Wilayat ad-Diniyah mengatakan: “Amma ba’du. Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi kekuasaan-Nya meminta umat mengangkat pemimpin untuk menggantikan kenabian, melindungi agama, menjalankan politik, guna mengeluarkan aturan agama yang disyariahkan, dan menyatukan visi di atas satu pendapat yang diikuti. Dengan demikian, Imamah (Khilafah) adalah fondasi yang di atasnya dasar-dasar agama menjadi kokoh, dan semua kepentingan umat menjadi teratur.” (al-Ahkam as-Sulthaniyah wa al-Wilayat ad-Diniyah, hlm. 3)[]