Dari Kemuliaan Penaklukan Konstantinopel Hingga Kemuliaan Penegakan Khilafah

 Dari Kemuliaan Penaklukan Konstantinopel Hingga Kemuliaan Penegakan Khilafah

Sesungguhnya kaum Muslim sudah pasti membenarkan semua bisyāroh (berita gembira dari) Rasulullah ﷺ. Mereka membenarkannya tanpa terbesit sedikitpun keraguan di hatinya. Sebagaimana mereka membenarkan apa yang beliau perintahkan dan larangnya terkait hukum syara’. Sebab beliau adalah Nabi yang tidak mungkin berbohong. Dengan begitu mustahil secara akal, beliau mengada-ngada atas nama Allah, sementara beliau bukan seorang dukun. Allah SWT berfirman:

﴿وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى﴾

Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya. Ucapan itu melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (TQS An-Najm [53] : 3-4).

Dengan demikian, beliau mengetahui seluruh bisyāroh yang ditampakkan kepadanya oleh Tuhan yang Maha Mengetahui perkara gaib. Sehingga semua bisyāroh itu adalah tuntutan. Mengingat kabar (berita) adalah tuntutan yang membutuhkan amal perbuatan dan tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Oleh karena itu, ketahuilah bahwasanya bisyāroh itu tidak akan terwujudkan tanpa adanya tindakan nyata. Karena malaikat tidak mungkin turun berperang membela mereka, sementara mereka berdiam diri hanya menunggu datangnya pertolongan (kemenangan) untuk mereka. Artinya, bisyāroh itu akan terwujud jika ada tindakan nyata manusia, yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh kesiapan, dan bertawakkal pada Allah, bahkan rela berkorban harta dan jiwanya demi mewujudkannya. Maka pada saat itulah, malaikat akan turun kepada mereka sembari mengatakan: “Janganlah kalian takut dan bersedih. Kamilah pendamping dan penolong kalian di dunia dan di akhirat. Tuhan kalian telah mewahyukan kepada kami agar meneguhkan pendirian kalian: “Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (TQS Al-Anfāl [8] : 12).

Ketika mereka mendengar sabda Rasulullah ﷺ:

))لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ((

Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang memimpin penaklukkannya, dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).

Kemudian setiap orang di antara mereka yang memiliki cita-cita dan impian tinggi, segera beramal dengan serius dan penuh kesungguhan, demi mendapatkan kemuliaan penaklukan itu, sambil berharap akan menjadi pemimpin atau salah satu pasukan dalam penaklukkan tersebut.

Oleh sebab itu, Khalifah Muawiyah pernah mengirim pasukan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Yazid, berharap agar ia menjadi pemimpin yang menaklukkannya. Para sahabat yang mulia turut menyertainya, di mana mereka juga berharap agar menjadi di antara pasukan yang menaklukkannya. Lalu setiap Khalifah Bani Umayyah yang agung, mengirimkan anak-anaknya menjadi pemimpin terdepan pasukan untuk menaklukkan ibu kota negeri timur selaku kekaisaran terbesar, agar mendapatkan kemuliaan tersebut. Bahkan tatkala Maslamah, putra Khalifah Abdul Malik meyakini kebenaran hadis tersebut, segera ia berangkat memeranginya.

Begitulah keseriusan mereka, hingga mereka mengepungnya selama beberapa dekade, dan menaklukkan tepi-tepinya. Di antara mereka ada yang gugur, di mana situs-situs mereka adalah bukti bahwa mereka ada di sana, dan yang paling terkenal adalah situs makam seorang sahabat yang mulia, Abu Ayyub Al-Anshori.

Dalam suatau kesempatan—waktu itu saya (penulis) usianya masih kurang dari 40 tahun—di mana saya berbicara kepada masyarakat, saya ingatkan mereka akan nenek moyangnya, serta kewajiban berjuang menegakkan Khilafah, tiba-tiba seorang berdiri dan berkata, “Saya akan menunjukkanmu sebuah masjid yang tak seorangpun mengetahuinya”. Kemudian ia membawaku ke sebuah masjid di daerah Karakoy, Istanbul. Ketika saya memasukinya, hati saya terasa sangat tenang. Masjid itu begitu sederhana yang berbeda dari kebanyakan masjid yang dihiasi, memiliki sejumlah kubah dan menara. Di atas pintunya tertulis dalam bahasa Arab: “Masjid al-Arab asy-Syarīf dibangun oleh Maslamah bin Abdul Malik, tahun 77 H.”

Seperti itulah impian dan cita-cita kaum Muslim. Semua bermimpi dan bercita-cita menaklukkan Konstantinopel agar mendapatkan kemuliaan dengan mewujudkan bisyāroh ini, serta bisyāroh yang kedua, yaitu penaklukkan Roma.

Ketika Rasulullah ﷺ ditanya “Kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, yaitu Konstantinopel”. Karena itu mereka berpikir untuk menaklukkannya dari arah Barat, ketika sudah tak memungkinkan untuk menaklukkannya dari arah Timur, agar bisa dilakukan penaklukkan di dua arah. Kemudian mereka pun berhasil menaklukkan Spanyol, memasuki pinggiran Paris, juga menaklukkan Sisilia di Italia. Bahkan mereka sudah mendekati Roma, hingga terwujud bisyāroh Rasulullah yang mulia, yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya.

Para Khalifah Bani Abbasiyah menyerang Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan berhasil mengalahkan raja-rajanya, serta memaksanya membayar jizyah. Hingga kemudian ketika salah satu di antara mereka membangkang dan menolak membayarnya, maka Khalifah menuliskan surat kepadanya:

Dari Harun, Amirul Mu’minin. Kepada Nikephoros, si anjing Romawi. Aku sudah membaca suratmu, hai anak kafir. Dan jawabannya adalah apa yang kamu lihat, bukan yang kau dengar.

Pada hari itu juga, Khalifah Harun Ar-Rasyid langsung bergegas berangkat hingga tiba di kota Hergla. Romawi Timur (Bizantium) dikalahkan dengan telak, dibunuh dan ditawan. Kaisar Nikephoros akhirnya menyerah dan meminta perjanjian damai dengan membayar kharaj setiap tahun kepadanya. Harun Ar-Rasyid pun menyetujuinya.

Dari situlah para Khalifah Abbasiyah menyerahkan sebagian wilayah Anatolia yang ditaklukkan kepada kaum Muslim bangsa Turk agar menjaga perbatasan, dan memerangi Romawi hingga kelak membebaskan Konstantinopel. Sedangkan pemimpin pertama mereka adalah Saljuk Bek, tahun 1040 M. Mereka pun dapat menaklukkan banyak wilayah di Anatolia untuk dijadikan bagian dari kekuasaan Khilafah. Dan dari situ pula para pemimpin Saljuk terus-menerus berjihad hingga muncul kesultanan Utsmani, yang pada akhirnya mereka berhasil menaklukkan Konstantinopel. Sehingga mereka pun memperoleh kemuliaan tersebut dibawah pimpinan Sultan Muhammad al-Fatih, pada tahun 1453 M., masih pada masa kekhalifahan Abbasiyah.

Sultan Muhammad al-Fatih mengubah Aya Sofia menjadi di Masjid, hingga membuat Barat marah, bahkan Paus Vatikan berteriak histeris dan mengancam. Lalu Al-Fatih mengirimkan ancaman kepadanya: “Aku sudah memuliakan Aya Sophia, dengan tetap menjadikannya sebagai tempat ibadah. Jika kamu tidak bisa diam, maka aku akan memasuki Roma, dan aku akan mengubah Vatikan menjadi kandang untuk kuda-kudaku.

Mendengar itu, Paus pun ketakutan dan terdiam. Sementara Al-Fatih tetap berbicara, tanpa henti, dan berkata “Tahun ini adalah tahun ibadah haji. Sedang tahun depan in sya Allah adalah tahun penaklukkan Roma.” Akan tetapi kematian menjemputnya di saat al-Fatih dalam perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Sungguh, apa dikehendaki pasti terjadi. Sedang penaklukkan Roma diberikan pada tangan yang lain, meski terwujudnya butuh waktu yang lama.

Bisyāroh Rasulullah tentang penaklukan Konstantinopel telah terwujud setelah sekitar 850 tahun lamanya. Dan selama itu, kaum Muslimin tidak pernah merasa bosan, maupun putus asa, ataupun ragu terhadap bisyāroh Nabinya.

Lihatlah mereka sekarang, yaitu orang-orang yang memiliki impian dan cita-cita tinggi, mereka tidak akan pernah patah semangat dan putus asa, sebab mereka meyakini bahwa semua bisyāroh itu pasti akan terwujudkan, termasuk bisyāroh terbesar, berdasarkan sabda Nabinya, yaitu:

))ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ((

Kemudian akan tegak Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad).

Mereka pun berdiri menyambutnya, dan dari mereka itu lahir Syeikh Taqiyyuddin An-Nabhani rahimahullah. Beliau berjuang dengan serius dan bersungguh-sungguh berharap akan menjadikan Khalifah yang pertama dalam Kekhilafahan tersebut. Untuk itu beliau mendirikan sebuah partai yang agung, kuat dan bersifat internasional, dengan pemikiran yang mendalam, berpandangan cemerlang, dan kesadaran yang sempurna, berkat karunia Allah SWT dan rahmat-Nya.

Begitu juga dengan setiap syabāb (aktivis) yang bergabung ke dalam partainya, mereka serius dan bersungguh-sungguh berharap mendapatkan kemuliaan dengan beramal demi tegaknya Khilafah, di mana pandangannya fokus dan berharap bisyāroh itu terwujud di tangannya. Hal itu yang menjadikan di antara mereka semakin kokoh tekadnya, mereka tak pernah ingkar dan melanggar komitmennya, serta tak pernah lari ke belakang atau mundur dari perjuangannya. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada (pula) yang masih menunggu-nunggu. Namun mereka sedikit pun tak pernah mengubah (janji dan tekad perjuangannya).

Mereka berjuang, berdzikir, sholat malam sebagaimana siangnya dengan serius dan bersungguh-sungguh. Semuanya yakin dengan janji Allah SWT dan bisyāroh Rasul-Nya ﷺ. Mereka menyerahkan kekuasaan mereka pada kekuasaan amīr (pemimpin) mereka yang ketiga, ‘Atha al-Khair, di mana mereka berharap Allah mewujudkan bisyāroh tersebut di tangannya dan di tangan mereka. Sungguh, di bawah kepemimpinannya telah terwujudkan banyak perluasan aktivitas, pendalaman, keanekaragaman, dan penyebarannya, serta inovasi baru, pembangunan (tubuh partai) yang kokoh, peningkatan pemahaman yang detail, kesadaran dan kepercayaan diri.

Mereka yang teguh di setiap kepemimpinan selalu mengedepankan persatuan bukan perpecahan, menambah kepercayaan bukan menguranginya, menyempurnakan langkah dan terus berusaha menyempurnakannya. Semuanya dibekali dengan cita-cita, komitmen, kepercayaan dan berbagai aktivitas untuk mewujudkan bisyāroh yang tegaknya tidak lama lagi.

Mereka itu adalah cucu dari orang-orang besar dan hebat. Mereka lahir dari rahim umat yang agung ini. Setiap hari umat semakin menyatu dengan mereka. Di mata mereka, dunia dan kekuatan kaum kafir nampak begitu kecil. Mereka adalah orang-orang yang mulia dan hebat, yang memiliki tekad dan semangat tinggi. Kondisi mereka ini sesuai dengan perkataan seorang penyair:

Cita-cita akan datang sesuai kadar pemilik cita-cita

Kemuliaan pun akan hadir sesuai kadar amal mulianya

Hal kecil tampak besar bagi yang berazam rendah

Hal berat tampak ringan bagi yang berazam tinggi

Allah yang lebih tahu bagaimana menjadikan risalah-Nya, dan Allah yang lebih tahu di tangan siapa bisyāroh Rasul-Nya akan terwujudkan. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang saling berlomba-lomba.

Sumber: alraiah.net, 15/01/2020.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *