Kembalinya Fase Kelima: Khilafah dan Imam Mahdi
Oleh : KH. Hafidz Abdurrahman
Penjelasan yang disampaikan oleh al-Musnid al-Habib ‘Umar bin Hafidz mengenai fase kelima, tentang kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah, setelah Mulkan Jabari (kekuasan diktator) merupakan keniscayaan. Karena, berita ini diberitakan oleh wahyu, dalam hadits sahih riwayat Imam Ahmad
Dari penjelasan beliau, semakin terang, bahwa kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah itu bukan setelah Imam Mahdi, tetapi Khilafah akan kembali terlebih dahulu, yang dipersiapkan oleh para ulama’. Sampai kemudian datang Imam Mahdi, yang bernama Muhammad, dari keturunan Rausulullah Shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, dan akan semakin kuat
Sebelumnya, al-‘Allamah Nashiruddin al-Albani menyatakan: “Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa banyak kaum Muslim hari ini telah melenceng dari kebenaran dalam masalah ini. Ada yang berkeyakinan, bahwa negara Islam tidak akan pernah berdiri, kecuali dengan keluarnya al-Mahdi. Ini merupakan khurafat dan kesesatan, yang disampaikan oleh syaitan dalam hati banyak orang awam, khususnya kaum Sufi.” [Muhammad bin Ismai’il al-Muqaddam, Fiqih Asyrat Sya’ah, hal. 337] .
Al-‘Allamah al-Ghumari juga menjelaskan panjang lebar mengenai hadits datangnya Imam Mahdi, jumlahnya tidak kurang dari 40 hadits, dari berbagai jalur periwayatan. Karena itu, beliau bekesimpulan, hadits datangnya Imam Mahdi statusnya Mutawatir bi al-Ma’na. [al-Ghumari, al-Mausu’ah, Juz III/445-510]. Hadits dari Ummu Salamah dan Tsauban radhiya-Llahu ‘anhuma, dinyatakan, bahwa datangnya Imam Mahdi setelah Khilafah.
Termasuk, keluarnya bendera hitam [Rayah ‘Uqab] dari timur, “Siapa yang menolongnya, Allah pasti menolongnya. Siapa saja yang menghinakannya, Allah pasti menghinakannya. Sampai mereka mendatangi seorang pria, namanya seperti namaku. Mereka mengangkatnya sebagai pemimpin. Allah pun mengokohkan dan menolongnya.” [al-Ghumari, Juz III/481] .
Maka, kembalinya Khilafah tak hanya dinyatakan dalam hadits Ahmad, tapi juga didukung dengan banyak hadits lain, bahkan mencapai derajat Mutawatir bi al-Ma’na
Tugas kita sekarang mempersiapkan generasi itu. Pergolakan di dunia Islam hari ini akan terus terjadi sampai janji itu terwujud.[]