Kewajiban ulama Menyadarkan Jati diri Kaum Muslim sebagai Khoiru Ummah, Cahaya Ummat dan Penguasa Dunia

“Mencintai seluruh ajaran Islam adalah konsekuensi keimanan seorang Muslim. Kewajiban seorang muslim harus tunduk syariat Islam secara Kafffah baik lahir maupun batin. Maka segala persoalan kehidupan manusia wajib diselesaikan dengan syariat Allah SWT. Itulah kalimatut taqdim yang disampaikan oleh DR. Rais Ubaidillah M.PdI dalam acara kajian Islam Rahmatal Lil Alamin di kediaman Romo KH. Muhammad Kastar.

Acara yang digelar pada tanggal 5 Oktober 2019, dihadiri puluhan Ulama dan Mubaligh dari Gresik. Terdengar merdu nan syahdu ayat – ayat Suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh Ust. Muhammad Aris S.PdI, yang sebelumnya dibuka oleh Ust. Abu Ammar, SEI.

Seorang Muslim tidak boleh mengkotak-kotak syariat Allah SWT, misalnya, melaksanakan shalat, tetapi menolak zakat. Mencintai ibadah haji, namun membenci kewajiban kaum Muslimah menutup aurat dengan memakai kerudung dan Jilbab.

Lebih–lebih penguasa muslim tidak patut mengkerat–kerat dan tebang pilih terhadap perintah Allah SWT, menerima syariat Islam berupa ritual ibadah tetapi menentang dan menolak syariat Islam berupa Sistem Politik (Nidzamul Siyasah), Sistem Ekonomi (Nidzamul Iqtishodi), Hubungan / Interaksi Laki – Laki dan Perempuan (Nidzamul Ijtima’i), Konstitusi dan Perundang-undangan Islam (Dustur dan Qanun Islam) dan Sistem Pemerintahan Islam (Khilafah) bahkan memusuhi para pengembannya yang mendakwahkannya.

Karena itu termasuk tabiat dan sifat orang-orang Kafir harbi fi’lan”. Terang KH. Iffin Masrukan, M.PdI pengasuh majelis Ta’lim Tafaquh Fiddin yang mendapatkan kesempatan paling awal dalam menyampaikan tausiyah di acara Kajian Islam Rahmatal Lil Alamin.

Selanjutnya beliau juga menyeru dan mengajak para Ulama yang hadir agar berperan aktif atau berjuang agar syariat Islam diterapkan secara kaffah baik dalam perkara individual ,sosial maupun negara. Sehingga ummat Islam ini menjadi subyek perubahan bukan lagi menjadi obyek yang senantiasa diombang-ambingkan oleh orang munafik, orang kafir dan musuh – musuh Islam. Pungkas Abah Iffin.

Tausiyah berikutnya, Romo KH. Abdul Wahab pengasuh MT Asy Syifa Gresik, menjabarkan tentang sejarah masuknya agama Islam di Nusantara khususnya di wilayah Gresik yang menjadi bumi para wali. Hal ini ditandai dengan adanya 2 petilasan di daerah Manyar yang disebut dengan istitilah Mbah Turki dan Mbah Toman (Ottoman). Sekaligus menegaskan bahwa pengaruh kekhilafahan Turki Ustmani ada jauh sebelum Majapahit, dengan adanya makam Siti Fatimah Binti Maimun tertera 1082 M sedangkan Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 M.

Lebih lanjut Abah Wahab (Panggilan akrab Romo KH. Abdul Wahab) menyoroti polemik dan persoalan yang menimpa di Negeri ini. Berbagai peristiwa yang terjadi tak lain disebabkan karena ketidak taatan dan ketidak tundukkan kaum muslim kepada syariat Islam. Padahal baik perkara yang kecil hingga perkara yang besar sudah diatur oleh Islam. Sebagaimana persoalan ketika ke kamar kecil atau disebut taharah, dan perkara yang besar yakni mengangkat pemimpin yang adil dan amanah yang nantinya akan menerapkan dan menegakkan kembali Syariah Islam secara Kaffah dalam Sistem Khilafah.

Maka jangan sampai kita menjadi syaitan bisu yakni mendiamkan segala kemaksiyatan terjadi dan membiarkan diabaikannya syariat Islam. Tugas yang harus diemban oleh ulama adalah membimbing dan mengarahkan umat untuk tunduk dan taat kepada Allah SWT. Sehingga segala persoalan disandarkan pada hukum Syara’ bukan didasarkan pada suara terbanyak. tegas Abah Wahab mengakhiri Tausiyahnya.

Tausiyah ketiga adalah Romo KH. Muhajir pengasuh Majelis Taklim Al Wahidiyah. Umat Islam akan menerima Syariah Islam secara kaffah jika sudah memahami Iman dan Ilmu secara benar. Maka kehadiran seorang muslim dalam majelis ilmu itu sangat penting, dan insyallah akan dibalas oleh Allah SWT seperti shodaqoh sebesar gunung uhud yang berupa emas.

Segala sesuatu ada jalannya. Maka sebagai ulama warasatul anbiya tugas utamanya adalah menyampaikan kebenaran dan tegas menolak kemafsyadatan tidak memandang ada kepentingan atau tidak ada kepentingan, dalam keadaan lapang atau sempit. Karena itu merupakan tujuan hidup manusia yakni menuju surga. Dan jalan menuju surga yang paling cepat adalah dengan melakukan Thalabul Ilmi, Jihadu Fisabilillah Serta Ihtisabu Binafsiy. Terang Romo KH. Muhajir

Meski sedikit yang dipaparkan, saat mendapatkan giliran keempat. namun KH. Subakir secara tegas dan jelas, mengingatkan kembali tentang Serta Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (H.R. Malik; al-Hakim). Nah, jika kaum muslimin ingin mulia di dunia dan di akhirat maka tidak ada pilihan lain kecuali kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW (hukum Syara’)

Kyai Abdul Karim, yang mendapatkan kesempatan terakhir dengan lantang membakar semangat para Jamaah yang hadir. Beliau mengingatkan bahwa setiap amal yang dilakukan haruslah memiliki tujuan. Dan seharusnya tujuan utama seorang muslim adalah meninggikan Agama Islam dan memuliakan kaum Muslimin. Tujuan yang hendak diraih itukarena adanya cita-citayg tinggi. Sebagaimana maqala imam Ali karamallahu wajha ‘uluwwul himmah minal iman (tingginya cita-cita adalah bagian dari iman). Padahal saat ini standar yang diterapkan dalam kehidupan kaum muslim, bukanlah Syariat Islam tapi Undang – Undang yang mengadopsi budaya dan pemikirian orang kafir barat. Sehingga kaum muslim senantiasa menjadi lemah, terjajah, terbelakang, dan senantiasa mengalami kemunduran dalam berfikir.

Oleh karna itu, sebagian para masyayikh memberikan pandangan bahwa lahirnya pengabdian dari perjuangan atau pengorbanan didasari oleh tingginya cita – cita. Inilah tanggung jawab para ulama saat ini yakni meyadarkan kaum muslim, bahwa umat Islam adalah Umat yang Terbaik (Khoiru Ummah), umat Islam adalah penerang (Dhiyaur Rahmah) bagi umat yang lain agar tidak tersesat dalam lembah kenistaan. Dan yang terakhir umat Islam adalah Penguasa Dunia (Mulkul ‘Alam). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yakni “Sesungguhnya Allah SWT telah melipat bumi bagiku hingga kulihat timur dan barat, dan kekuasaan umatku akan meliputi apa yang dilipat untuk ku” (HR. Bukhari).

Dan tidak ada jalan lain bagi umat Islam selain membuktikan kenyataan hadist tersebut, dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah dalam bingkai sistem Khilafah Rasyidah Ala Minhaj Nubuwwah. Seperti halnya, Para sahabat Rasul SAW lalu diteruskan oleh Tabiin dan Tabiit Tabiin, hingga para Ulama dan Imam Madzhab senantiasa menyerukan untuk tunduk dan taat kepada Syariat Islam secara kaffah. Sebagaimana pasukan Sultan Muhammad Al Fatih yang menjadi pemimpin dan pasukan terbaik yang mampu membuktikan hadist bisyarah tentang penakhlukan kota Konstanstinopel pada tahun 1453.

Acara sangat khidmat dan hangat hingga tak terasa hampir larut malam. Lalu diakhiri dengan doa Bersama yang dipimpin oleh KH. Muhammad Kastar selaku Shohibul Bait. Dan dilanjutkan dengan Foto bersama dan ramah tamah, sekaligus mengeratkan dan menguatkan ukhuwah dan tali silaturrahim.[]

Sumber: shautululama.co

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *