Chaos di Libya: Kuldesak!
Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik internasional)
Perang saudara di Tripoli, Libya berkecamuk. Kondisi terkini dikabarkan jumlah korban warga sipil bertambah sampai 47 orang, dan yang luka-luka tercatat sudah mencapai 181 orang. Khalifa Haftar -agen Amerika di Libya- memobilisasi secara agresif untuk merebut ibukota, ingin segera mengambil alih seluruh Libya secara sistematis mengerahkan pasukannya menggempur seluruh pasukan pro-Eropa.
Khalifa Haftar adalah agen Amerika, digambarkan oleh New York Times sebagai “seorang mantan perwira berusia 75 tahun di pasukan Kolonel Muammar el-Qaddafi yang berpisah dengannya untuk menjadi seorang agen C.I.A.”. Haftar menentang faksi-faksi yang didukung oleh Eropa, yang telah berhasil mendapatkan legitimasi PBB. Namun semua agen lebih fokus memperjuangkan loyalitas kepada tuan-tuan barat dan kekuasaannya dengan uang daripada dengan senjata. Legitimasi PBB inilah yang memungkinkan negara-negara Barat terpilih menggunakan G7 untuk mengeluarkan pernyataan kolektif yang bias terhadap tindakan Haftar, meskipun mereka paham Amerika sebenarnya mendukung penuh aksi-aksi Haftar.
Sebelumnya Haftar memperkuat nafasnya dengan cengkeraman di Libya timur sepenuhnya dengan transfer pertempuran ke daerah Bulan Sabit Minyak. Ia telah meningkatkan ekskalasi konflik di Libya antara agen-agen Amerika, yang dipimpin oleh Haftar dan agen-agen Eropa yang dipimpin oleh Al-Sarraj di Tripoli. Dengan mampu memperluas kontrol Bulan Sabit Minyak. Kekuatan militer Haftar sekarang telah menang atas pemerintah Al-Sarraj.
di belakang Haftar ada dukungan penuh al Sisi Mesir dengan dukungan besar dari UEA, yang membantunya mengendalikan Timur Libya dan daerah the Oil Crescent. Sementara pemerintah Al-Sarraj didukung Aljazair dibackingi Eropa yang berdiri di belakangnya. Pengaruh Eropa yang cukup besar di Libya menjamin posisi Al-Sarraj untuk mengontrol atas Tripoli, ibukota, dan pusat komando politik Eropa. dengan demikian, Haftar mengalami kesulitan serius ketika ingin mengambil alih ibukota ketika Al-Sarraj mempertahankan aset terakhir kekuasaannya.
Sampai detik ini, upaya negosiasi masih tertutup sekalipun Amerika Serikat, Uni Eropa, Anggota G7 dan PBB sudah meminta pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) dipimpin Jenderal Khalifa Haftar, dan prajurit pemerintah Libya di Tripoli (GNA) melakukan gencatan senjata. Namun, imbauan itu belum dihiraukan. Mengapa? Karena seruan tersebut adalah seruan palsu, sementara masing-masing pihak, baik AS maupun Eropa saling memperkuat proksinya untuk menumbangkan lawannya.
Konflik di Libya telah menciptakan jalan buntu yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak agen. Sementara tidak ada jalan keluar bagi Haftar selain meningkatkan kontrol militernya dan kemudian masalahnya akan diselesaikan dengan pengaruh Amerika yang lebih kuat daripada Eropa.
Dari fakta di atas, tampak, baratlah yang bertanggung jawab atas konflik di Libya. Eropa terus melakukan imperialisme atas Libya pada abad sebelumnya, disusul AS hari ini ingin mengambil alih dominasi Eropa atas Libya bahkan setelah ‘kemerdekaan’ Libya pasca revolusi musim semi, kaum imperialis menginvasi Libya pada 2011 dalam koalisi multi-negara yang dipimpin NATO, dan terus merekayasa konflik dengan aksi saling dukung faksi-faksi yang berbeda di Libya hari ini.
Apa dampaknya? Perang saudara yang berkelanjutan, yang sebenarnya merupakan agenda penjajahan antar negara-negara Barat sendiri, baik AS maupun Eropa atas kekayaan besar Libya dan lokasi strategisya. Sehingga dunia tidak boleh tertipu oleh kebohongan dan kamuflase negara-negara Barat. Mereka tidak peduli pada perdamaian atau keadilan, etika atau kemanusiaan. Satu-satunya jalan politik mereka atas dunia Islam adalah bagaimana memanipulasi norma, tradisi, dan sentimen demi keuntungan materi mereka sendiri.
Kejahatan barat dan para agen-agennya di dunia muslim tidak akan bisa dihilangkan, kecuali jika Muslim bangkit dengan tegas dan serius, kaum muslim memutuskan hubungan dengan Barat, agen-agennya, dan seluruh uang kotor dan skenario liciknya, dan bersatu untuk mengambil alih urusan mereka sendiri, mengangkat penguasa mukmin yang ikhlas yang akan menerapkan Islam dan dan menjaga perdamaian ke seluruh dunia.[]