Mediaumat.news – Rangkaian penderitaan kaum Muslimin etnis Uighur, di Xinjiang, Tiongkok, turut menyakitkan hati perasaan jamaah Musala Alkaromah, di Kelurahan Sungai Andai, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (22/12/18).
Ketua Yayasan Musala Alkaromah, Nasichin Iskak, mengaku tidak selera makan saat mendengar banyaknya pemberitaan terkait hal tersebut.
“Miris hati melihat kejadian ini, namun apa daya kita tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Iskak.
Nasichin juga berharap, nantinya akan ada penguasa negeri kaum Muslimin, yang peduli dengan permasalahan ini, untuk segera melakukan pertolongan.
Ya, perhatian dan sikap berani penguasa negeri-negeri kaum Muslimin, bisa dibilang menjadi satu-satunya harapan, lantaran di tangan mereka lah terdapat kekuatan militer yang bisa dikerahkan, untuk membantu sesama saudara seiman.
Namun sayangnya, tidak ada satu bantuan pun dari penguasa tersebut hingga sekarang, termasuk dari Indonesia.
“Hari ini kita harus meminta pemerintah Indonesia, untuk mengirim pasukan, menolong kaum Muslimin di sana. Juga usirlah Duta Besar cina dari negeri ini, akibat ulah Rezim mereka yang menyakiti kaum muslimin. Sangatlah memalukan, apabila sebagai negeri muslim terbesar dunia, tidak bisa menolong saudara-nya yang sedang kesusahan,” ucap mubalig asal Kota Banjarmasin, Abdul Jabar, saat mengisi kuliah subuh di Musala Alkaromah.
Menyitir Hadis Nabi Muhammad Saw., salah satu dosen di Perguruan Tinggi swasta ini juga mengatakan, bahwa sosok yang mampu melindungi kaum Muslimin sedunia, adalah seorang Imam, yang dalam sebuah kitab fiqih, imam tersebut dijelaskan sebagai Khalifah, dengan sistem yang dipimpinnya disebut sebagai Khilafah.
“Semoga Allah SWT segerakan hadirnya seorang imam, imam yang adil, yakni seorang khalifah, yang mampu melindungi kaum Muslimin, ketika ada yang menjerit meminta pertolongan,”, harap Abdul Jabbar.
Seperti diketahui, baru-baru ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melaporkan adanya pengisolasian sekitar satu juta kaum Muslimin Uighur. Semuanya diduga disiksa, bahkan diduga dipaksa menanggalkan ajaran Islam.
Sebelumnya juga terjadi kebijakan rezim Tiongkok yang menyudutkan kaum Muslimin di sana, seperti pelarangan penggunaan burqa, pelarangan puasa Ramadan, hingga pelarangan pemberian nama Islami kepada anak baru lahir.