100 Tahun Pasca Runtuhnya Khilafah, Founder Bengkel Istri: Pola Pikir Perempuan Rusak Akibat Akidah Sekuler

 100 Tahun Pasca Runtuhnya Khilafah, Founder Bengkel Istri: Pola Pikir Perempuan Rusak Akibat Akidah Sekuler

Mediaumat.news – Merefleksi 100 tahun pasca runtuhnya khilafah, Founder Bengkel Istri Asri Supatmiati menilai kerusakan paling parah yang menimpa perempuan di Indonesia hingga saat ini adalah rusaknya pola pikir perempuan akibat mengacu pada akidah sekuler.

“Tentunya, perempuan di peradaban sekuler kita menyaksikan fakta, pertama itu rusaknya pola pikir mereka. Paradigma berpikir mereka tidak lagi mengacu kepada akidah Islam tetapi akidah sekuler yaitu yang memisahkan agama dari kehidupan,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Kamis (25/02/2021).

Menurutnya, akibat mengemban akidah sekuler, akhirnya perempuan mengadopsi dan memperjuangkan nilai-nilai Barat bukan nilai-nilai Islam. “Bahkan, di kalangan Muslimah pun banyak yang Islamofobia,” ujanya.

Ia menilai hal itu disebabkan karena jauhnya dari nilai-nilai Islam. ” Selama ini, mereka tidak mengkaji Islam. Kalau mengkaji juga hanya setengah-setengah. Tidak mengkaji Islam secara kaffah. Tidak ada di dalam proses pendidikan baik di keluarga, maupun di sekolah apalagi di perguruan tinggi tentang konsep Islam secara kaffah sehingga jauh sekali dari pemahaman mereka terhadap Islam sebagai way of life,” ungkapnya.

Akibatnya, ia melihat terjadi kerusakan moral dan akhlak juga di kalangan kaum perempuan saat ini. “Dilihat dari rusaknya pergaulan. Antara laki-laki dan perempuan hampir tidak ada batasan. Interaksi berlangsung begitu bebasnya baik dalam kehidupan khusus maupun kehidupan umum atau di ruang publik karena itu terjadilah ekses-ekses negatif dari pergaulan seperti pemerkosaan ataupun perzinaan,” ujarnya.

Menurutnya, di dalam peradaban sekuler perempuan dianggap sebagai komoditas dan bahkan sebagai aset yang dinilai secara materialistik. Akhirnya mereka dieksploitasi baik tubuhnya maupun tenaganya. Tubuhnya dieksploitasi, dijual, diperdagangkan, baik dalam bentuk foto, gambar maupun aktingnya ataupun juga secara langsung benar-benar secara fisik tubuhnya. Adapun juga dieksploitasi tenaganya. Mereka dilibatkan dalam menggerakkan roda-roda perekonomian. Didorong untuk bekerja. Menghidupi dirinya maupun keluarganya, atau orang-orang yang menjadi tanggungannya.

“Jadi, perempuan di alam kapitalis ini sejak runtuhnya khilafah Islamiyah sungguh menanggung kerugian yang amat banyak karena dia harus bekerja keras melalui jalur yang mengeksploitasi tubuh dan tenaganya,” tandasnya. [] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *